kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Aktivis: Politisi berpoligami tak layak dipilih


Rabu, 22 Januari 2014 / 20:58 WIB
Aktivis: Politisi berpoligami tak layak dipilih
ILUSTRASI. Prakiraan BMKG cuaca besok Jumat (2/9) di Jakarta dan sekitarnya cerah berawan hingga hujan petir. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja.


Sumber: TribunNews.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pemimpin yang berpoligami dan mendeklarasikan dirinya berpoligami sangat tidak baik. Ia tidak patut menjadi teladan.

"Politisi yang berpoligami tidak memberikan teladan yang baik kepada masyarakat sehingga tidak layak dipilih dalam Pemilu 2014," ujar aktivis perempuan Gefarina Djohan ketika dihubungi di Jakarta, Rabu (21/1/2014).

Sejumlah politisi Indonesia diketahui melakukan poligami. Bahkan ada petinggi partai yang memperkenalkan istri keduanya ke publik, seorang perempuan muda yang berasal dari Hongaria, sebuah negara di daratan Eropa.

Gefarina mengatakan, Islam mengajarkan kepada umatnya bahwa harkat dan martabat perempuan itu luar biasa. Namun, langkah pemimpin atau politisi di Indonesia saat ini melakukan poligami justru merendahkan harkat dan martabat perempuan.

Menurut Gefarina, masyarakat harus sadar bahwa langkah politisi atau pemimpin partai saat ini melakukan poligami justru tidak berupaya menjaga harkat dan martabat perempuan.

"Tanyakan ke mereka, yang mereka kawinkan itu apakah janda-janda tua? Anak 16 tahun kok sudah dikawinin," kata Gefarina.

Hal senada disampaikan oleh Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) yang juga aktivis perempuan, Nisma Abdullah. Dia menyebut politisi yang berpoligami tidak sadar telah menyakiti hati perempuan.

Nisma Abdullah mengatakan, puluhan ribu tenaga kerja wanita asal Indonesia yang tersebar di banyak negara tidak akan memilih politisi atau bahkan calon presiden yang berpoligami dalam Pemilu 2014.

"Dalam pemilu nanti, kami akan menyerukan kepada kawan-kawan buruh migran untuk tidak memilih orang-orang yang sudah mengkhianati rumah tangga dan istrinya," kata Nisma.

Saat ini, Nisma memimpin 27 ribu orang yang menjadi anggota SBMI, yang tersebar di 13 provinsi dan 140 kabupaten atau kota di Indonesia.

Tidak hanya di Tanah Air, lanjut Misma, anggota SBMI juga tersebar di sejumlah negara yang selama ini menjadi negara tujuan pengiriman buruh migran Indonesia, seperti Hong Kong, Qatar, Kuwait dan Jeddah.

Ia mengatakan, buruh migran Indonesia di negara-negara itu juga akan diserukan untuk tidak memilih politisi yang berpoligami dalam Pemilu 2014.

Nisma mengatakan, langkah SBMI menyerukan kepada anggotanya termasuk kepada seluruh buruh migran Indonesia untuk tidak memilih politisi yang berpoligami dalam Pemilu 2014 memiliki alasan kuat.

"Kesetiaan politisi yang sudah berkhianat dengan istri dan rumah tangganya sangat diragukan," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×