kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Agar Terlepas dari Middle Income Trap, Ini yang Dilakukan Pemerintah


Selasa, 28 Maret 2023 / 20:26 WIB
Agar Terlepas dari Middle Income Trap, Ini yang Dilakukan Pemerintah
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN Bappenas) Suharso Monoarfa di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta.


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah terus berupaya untuk keluar dari negara yang tergolong dalam middle income trap atau berpenghasilan menengah. Salah satunya dengan terus mengupayakan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa menyampaikan, saat ini Indonesia masih berada dalam jebakan negara berpenghasilan menengah atau middle income trap.

Selama kurun waktu 20 tahun rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah 4,01% dan baru berada di atas 5% pada tahun 2022 lalu. 

“Kami menyampaikan dalam skenario yang disusun oleh Bappenas, pertumbuhan ekonomi Indonesia harus mencapai 6% agar kita mampu graduasi dari jebakan negara berpenghasilan menengah atau middle income trap, karena kita sudah 30 tahun di middle income trap,” ujar Suharso usai mengikuti ratas yang dipimpin Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Selasa (28/3). 

Baca Juga: Kesenjangan Pembiayaan Sangat Besar, Inovasi Pembiayaan Infrastruktur Jadi Kunci

Suharso mengatakan, berdasarkan evaluasi, diidentifikasi sejumlah faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Mulai dari rendahnya produktivitas faktor total hingga ketimpangan per kapita antarprovinsi.

Suharso menilai, Indonesia harus memanfaatkan momentum demografi untuk menaikkan produk domestik bruto (PDB) per kapita secara cepat.

“Bonus demografi itu dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh setiap negara bangsa untuk melepaskan diri dari GNI per kapitanya yang rendah. Contoh, Korea Selatan dari 3.530 (dolar AS per kapita), ketika mereka memulai dengan bonus demografinya dan sekarang tersisa lima tahun bonus demografinya, tapi mereka sudah sampai dengan 35 ribu dolar AS per kapita,” jelas Suharso.

Terkait rencana pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) 2025-2045, Suharso menyampaikan bahwa Indonesia harus melakukan tranformasi untuk mendorong pembangunan yang lebih baik dan mencapai visi Indonesia Emas 2045 sebagai Negara Maritim yang Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan.

“Kami telah menyampaikan kerangka pikirnya, kami telah menyampaikan kisi-kisi yang dibahas, yang akan nanti menjadi naskah akademik di dalam penyusunan Rancangan Undang-Undang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional,” ucap Suharso.

Baca Juga: Agar Tak Terjebak dalam Middle Income Trap, Jokowi Bilang Begini

RPJPN ini, lanjut Suharso, akan menjadi panduan seluruh komponen bangsa dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Pemerintah juga telah melakukan reviu terhadap capaian pembangunan selama dua dekade sebelumnya.

“Kita juga memperhitungkan megatren global dan apa yang kita miliki sebagai modal dasar pembangunan, dan tentu tantangan-tantangan yang harus kita jawab ke depan dengan paradigma baru, terobosan baru, imperatif dan kohesif,” imbuhnya.

Di dalam ratas, ujar Suharso, Presiden mengingatkan jajarannya untuk memilih strategi besar dalam mencapai visi Indonesia Emas 2045.

“RPJP itu sendiri adalah strategic direction yang menjadi pedoman untuk semua stakeholder tetapi memang diperlukan sebuah strategi besar yang kita akan pilih dalam rangka melakukan itu. Nah yang ditawarkan oleh Bappenas adalah transformasi sosial ekonomi dan tata kelola,” pungkas Suharso.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×