kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

ADB Gunting Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Berkembang di Asia


Kamis, 21 Juli 2022 / 16:33 WIB
ADB Gunting Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Berkembang di Asia
ILUSTRASI. Asian Development Bank (ADB) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk negara berkembang di Asia tahun ini menjadi 4,6%,


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asian Development Bank (ADB) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk negara berkembang di Asia tahun ini menjadi 4,6%, dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 5,2%.

Melansir dari kajian bertajuk Asian Development Outlook Supplement edisi Juli 2022, turunnya perkiraan pertumbuhan tersebut mencerminkan semakin memburuknya prospek ekonomi Asia imbas dari ketegangan politik yang terjadi di Rusia dan Ukraina.

Selain itu, efek dari pandemi Covid-19 yang masih terasa ditambah pengetatan moneter yang makin agresif di negara-negara maju juga membuat kondisi ekonomi semakin buruk.

ADB juga turut memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi negara berkembang di Asia menjadi 5,2% tahun 2023 turun dari sebelumnya yang sebesar 5,3%.

“Risiko terhadap prospek ekonomi berkembang Asia tetap tinggi dan terutama terkait dengan faktor eksternal. Perlambatan substansial dalam pertumbuhan global dapat merugikan ekspor, aktivitas manufaktur, dan prospek pekerjaan, serta menyebabkan turbulensi di pasar keuangan,” tulis lembaga tersebut dalam laporannya, Kamis (21/7).

Baca Juga: ADB Kerek Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi RI, Inflasi Global Tetap Diwaspadai

Adapun ADB juga turut merevisi perkiraan inflasi di negara berkembang Asia. Inflasi tersebut diperkirakan naik menjadi 4,2%, dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 3,7% pada tahun ini.

Sedangkan untuk tahun depan, ADB memperkirakan inflasi di negara berkembang Asia akan sebesar 3,5%, naik dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 3,1%. Penyebab inflasi yang naik ini diperkirakan karena harga bahan bakar dan pangan yang lebih tinggi.

Meski begitu, ADB menyebut tekanan inflasi di kawasan itersebut lebih rendah daripada di tempat lain di dunia. Selain itu, gangguan pasokan dan sanksi yang dikenakan pada Rusia telah meningkatkan harga-harga komoditas global dari level yang sudah meningkat pada 2021, hal tersebutlah yang akhirnya menyebabkan tekanan inflasi yang makin meningkat di banyak negara.

Baca Juga: Gubernur BI Ungkap Risiko yang Membayangi Perekonomian RI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×