kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.224   -44,00   -0,27%
  • IDX 7.097   0,57   0,01%
  • KOMPAS100 1.061   -1,66   -0,16%
  • LQ45 834   -1,33   -0,16%
  • ISSI 215   0,18   0,08%
  • IDX30 426   -0,55   -0,13%
  • IDXHIDIV20 514   0,79   0,15%
  • IDX80 121   -0,21   -0,17%
  • IDXV30 125   -0,28   -0,22%
  • IDXQ30 142   -0,01   0,00%

Ada sinyal perbaikan daya beli konsumen


Rabu, 06 September 2017 / 06:50 WIB
Ada sinyal perbaikan daya beli konsumen


Reporter: Choirun Nisa | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - Adanya kenaikan tipis inflasi inti pada Agustus 2017 menumbuhkan harapan mulai kuatnya daya beli konsumen. Badan Pusat Statistik (BPS) mengklaim, kenaikan tipis inflasi inti menjadi efek dari stabilnya harga-harga. 

Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan, daya beli konsumen terdorong karena harga-harga terjaga stabil. Bahkan pasca Lebaran, banyak komoditas mengalami penurunan harga, sehingga mendorong deflasi pada Agustus 2017 sebesar 0,07%. 

Inflasi inti merupakan inflasi yang cenderung menetap, tanpa terpengaruh kebijakan pemerintah ataupun volatilitas harga di pasar. Inflasi inti menggambarkan daya beli masyarakat, karena perubahan indeks harga konsumen murni diakibatkan permintaan pasar.

Pada Agustus 2017, BPS mengumumkan kenaikan inflasi inti bulanan sebesar 0,28%. Angka itu naik tipis dibanding bulan sebelumnya yang hanya 0,26%. Namun begitu perbaikan daya beli konsumen belum sebagus tahun lalu, sebab inflasi inti dari awal tahun hingga Agustus 2017 hanya sebesar 2,15%, lebih kecil dari periode sama 2016 yang sebesar 2,22%.

Namun Wakil Ketua Umum Bidang Logistik Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Carmelita Hartoto menilai, terlalu dini untuk menjadikan kenaikan inflasi inti pada Agustus 2017 sebagai patokan pulihnya daya beli. "Memang bisa diindikasikan dari kenaikan angka inflasi, tapi tentu perlu dilihat secara lebih luas dan apa penyebabnya," ujarnya, Selasa (5/9).

Menurut Carmelita, untuk melihat adanya kenaikan atau pelemahan daya beli konsumen, harus menggunakan periode data yang lebih panjang. Paling tidak butuh satu triwulan untuk mengukur daya beli. "Saya hanya berharap semoga daya beli ke depan bisa lebih baik," ujarnya optimis.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih sependapat, kenaikan inflasi inti tidak berarti daya beli naik. "Naiknya masih tipis dan cenderung stagnan, belum bisa dibilang daya beli membaik," ujar Lana.

Menurutnya kenaikan inflasi inti pada Agustus merupakan hal wajar karena adanya komponen pengeluaran pendidikan. Untuk tingkat perguruan tinggi, pengeluaran pendidikan dimulai Agustus sehingga pengeluaran masyarakat pun meningkat. 

Lana ini memprediksi daya beli akan naik pada akhir tahun, tetapi ada kecenderungan tetap stagnan. "Akan ada kenaikan di sektor rekreasi dan ini wajar terjadi setiap tahun," ujarnya. Butuh waktu satu triwulan untuk melihat naik turunnya daya beli konsumen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×