Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah gejolak perekonomian dunia, berkembang konsep tentang ASEAN Centrality atau ASEAN sebagai sentral. ASEAN Centrality ini dibangun dari skema komplek adanya free trade agreement dalam negara-negara di ASEAN dan sekitarnya.
Menurut Ekonom Senior Chatib Basri, adanya konsep ASEAN Centrality ini rupanya tidak lepas dari isu tensi persaingan antara Amerika Serikat (AS) dan China yang masih tinggi. Bukan hanya dari sisi perekonomian, tetapi juga pada kondisi geopolitik.
Baca Juga: BI sebutkan lima hal ini perlu jadi fokus untuk hadapi tantangan global
Dengan adanya kondisi geopolitik saat ini dan adanya konsep ASEAN Centrality, Chatib melihat bahwa negara-negara ASEAN bila ingin mengambil kesepakatan dengan negara adidaya tersebut, harus bersatu dalam lingkup ASEAN.
"Masing-masing negara di ASEAN tidak bisa mengambil keputusan secara bilateral dengan negara adidaya, misalnya China. Kita harus bergabung dan melihat ASEAN sebagai satu entitas," kata Chatib pada Selasa (29/10).
Chatib pun menambahkan bahwa saat berbicara soal ASEAN, hal yang perlu diingat adalah Indonesia. Indonesia dipandang seharusnya berpotensi menjadi leader of the ASEAN atau pemimpin negara-negara ASEAN.
Baca Juga: BI proyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal III 2019 stagnan 5,05%
Hanya saja, Indonesia dinilai terlalu sibuk untuk memikirkan isu-isu domestik, seperti isu politik, sehingga ada berbagai isu yang mungkin terlewatkan.
Memang belum terlambat. Indonesia masih bisa memimpin ASEAN dengan cara mencari isu-isu potensial yang bisa akhirnya dikerjakan bersama dengan negara-negara tersebut.
Chatib mengambil contoh seperti human capital dan infrastruktur yang pasti dipandang penting bagi negara-negara lain.
Baca Juga: Kemendag targetkan tuntaskan perjanjian perdagangan November 2020
Dalam pengerjaannya pun, Indonesia bisa berkolaborasi dengan lembaga-lembaga. "Misalnya dalam pembangunan infrastruktur, mungkin bisa melibatkan ADB dan juga IIAB untuk pendanaan," tambah Chatib.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News