kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

5 Alasan BI Pangkas Suku Bunga Lebih Cepat dari The Fed


Rabu, 18 September 2024 / 17:49 WIB
5 Alasan BI Pangkas Suku Bunga Lebih Cepat dari The Fed
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (tengah) bersama para Deputi Gubernur memaparkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Rabu (18/9/2024). Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan suku bunga BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6%. Keputusan ini konsisten dengan tetap rendahnya perkiraan inflasi pada 2024 dan 2025,?serta mendorong stabilisasi nilai tukar rupiah. (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) September 2024.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, setidaknya ada lima alasan BI menurunkan BI-rate lebih cepat dibandingkan Bank Sentral AS The Fed.

Alasan pertama, BI melihat bahwa arah penurunan suku bunga The Fed sudah lebih jelas, baik waktu penurunannya maupun besarannya. Hal tersebut menurut Perry dapat berdampak pada kondisi makro ekonomi, termasuk inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

Baca Juga: Ekonom Ramal BI Bakal Pangkas Lagi BI Rate 25 bps Akhir 2024, dan 50 bps di 2025

BI meyakini, The Fed akan menurunkan suku bunga sebanyak tiga kali tahun ini, yakni pada September, hingga Desember 2024, dengan masing-masing penurunan sebanyak 25 bps.

“Probabilitas besar untuk September besar 25 bps, yang probabilitas agak kecil September 50 bps,” terangnya.

Kedua, kondisi nilai tukar rupiah sudah stabil, atau cenderung menguat. Nilai tukar Rupiah pada September 2024 (hingga 17 September 2024) menguat menjadi Rp 15.330 per dollar AS atau menguat 0,78%  dibandingkan dengan posisi akhir Agustus 2024.

Penguatan rupiah ini tercatat lebih tinggi dibandingkan apresiasi mata uang regional seperti Won Korea dan Rupee India yang menguat sebesar 0,32% dan 0,13%.

Baca Juga: BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi di Kuartal III-2024 Cukup Baik, Ini Faktornya

Penguatan nilai tukar rupiah ini salah satunya didorong intervensi pasar, dan penerbitan SRBI yang akhirnya menarik aliran modal asing masuk.

Ketiga, kondisi inflasi yang rendah dan diperkirakan tetap terkendali hingga akhir tahun. BI memperkirakan inflasi akan terkendali di rentang 2,5% plus minus 1% pada 2024 dan 2025.

Keempat, BI mendorong dan mendukung pertumbuhan ekonomi, khususnya dari sisi ritel juga usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dorongan tersebut melalui bauran makroprudensial, sistem pembayaran, moneter memang sudah mulai untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Sebelumnya moneter kan lebih pro-stability, sekarang sudah lebih balance antara stability and growth. Sementara makroprudensial dan sistem pembayaran sejak awal sudah pro-growth,” ungkapnya.

Baca Juga: Bank Indonesia Pangkas BI Rate 25 bps Jadi 6% Pada September 2024

Kelima, BI mendorong lebih lanjut dari penyaluran kredit pembiayaan ke perbankan, dan mendukung fiskal. Ia menjelaskan bahwa turunnya BI Rate akan membuat imbal hasil atau yield SBN turun, sehingga mendukung kebijakan fiskal.

“Kami sudah menakar probabilitas tersebut sehingga nggak harus menunggu, sudah ada kejelasan. Bulan lalu belum ada kejelasan, sehingga tidak harus menunggu Fed Fund Rate,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×