Reporter: Ratih Waseso | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek ekonomi dunia tengah suram. Banyak negara yang ekonominya tumbang dan meminta uluran bantuan Dana Moneter Internasional (IMF).
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, situasi dunia saat ini sulit diprediksi dan penuh ketidakpastian dan volatilitas yang tinggi.
Usai dihantam pandemi Covid-19, dan pemulihan ekonomi dunia belum selesai, muncul kemudian perang antara Rusia dan Ukraina.
Oleh karena itu, dengan situasi yang ada sekarang ini, Jokowi menyebut, negara manapun dapat terlempar dengan cepat keluar jalur dengan sangat mudah, apabila tidak hati-hati dan tidak waspada. Namun Indonesia diminta tetap optimis dan hati-hati dalam melangkah pada situasi yang penuh ketidakpastian.
Dari informasi yang didapatkan Jokowi, saat ini sudah ada 28 negara yang mengantre di markas Dana Moneter Internasional (IMF) untuk meminta bantuan akibat dampak dari situasi dunia saat ini.
"Pagi tadi saya dapat informasi dari pertemuan di Washington DC, 28 negara sudah antre di markasnya IMF, menjadi pasien," kata Jokowi dalam Investor Daily Summit 2022, Selasa (11/10).
Baca Juga: Dunia di Ambang Resesi, Kinerja Penerimaan Pajak RI 2023 Masih Aman?
Jokowi menegaskan perlunya menjaga optimisme dan hati-hati dalam melangkah terutama.
"Ini yang sekali lagi kita tetap harus menjaga optimisme tapi yang lebih penting hati-hati dan waspada, eling lan waspodo," tegasnya.
Jokowi menyebutkan, sebelumnya pertumbuhan ekonomi global pada 2023 diperkirakan berada pada angka 3%, terakhir diperkirakan jatuh di angka 2,2%.
Hal tersebut merupakan dampak atas konfrontasi geopolitik yang ada. Namun Indonesia dapat diklaim menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi terbaik, dimana pada kuartal II tahun 2022 berada pada angka 5,44%.
Kemudian inflasi di Indonesia juga masih terkendali setelah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Jokowi menyebut inflasi di Indonesia masih di bawah angka 5,9%.
"Ini juga kita tetap syukuri karena kalau kita bandingkan dengan negara-negara lain, sekarang ini di Argentina sudah 83,5% dengan kenaikan suku bunga sudah 3.700 basis poin. Indonesia inflasi 5,9% dengan perubahan suku bunga di 75 basis poin," kata Jokowi.
Jokowi menegaskan, kondisi moneter Indonesia masih pada posisi yang bisa dikendalikan. Hal tersebut tak lepas dari Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan yang bekerja berjalan beriringan, sehingga fiskal dan moneter bisa berjalan bersama-bersama.
Baca Juga: Alami Resesi Duluan, Negara Ini Rela Turun Derajat Jadi Berpenghasilan Rendah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News