Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Otoritas moneter Bank Indonesia (BI) masih berfokus pada stabilitas untuk menjalani tahun kuda kayu ini. Kondisi perekonomian global dan domestik terus diwaspadai dalam setiap pengambilan kebijakan di 2014.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, kebijakan moneter akan tetap secara konsisten untuk menjaga stabilitas perekonomian. Ini diarahkan untuk mengendalikan inflasi menuju sasaran yaitu 4,5% plus minus satu dan defisit transaksi berjalan yang lebih sehat.
Karena itu, dalam rapat dewan gubernur (RDG) BI yang dilakukan kemarin (9/1), BI memutuskan untuk tetap mempertahankan BI rate sebesar 7,55 dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap di 7,5% dan 5,75%.
Kebijakan ini dinilai masih konsisten untuk mengarahkan inflasi dan defisit transaksi berjalan. Untuk defisit transaksi berjalan, BI menargetkan bisa turun di bawah 3% dari PDB. Memang, BI menyadari kebijakan penurunan defisit ini tidak bisa bertumpu pada otoritas moneter saja.
"Perlu reformasi struktural terkait dengan infrastruktur, energi, dan pangan," ujar Agus di Jakarta, Kamis (9/1).
Agus tidak bisa memastikan apakah BI rate akan tetap berada di level 7,5% hingga akhir tahun. Level ini akan sangat tergantung dari data yang nanti keluar terkait kondisi neraca transaksi berjalan. Kondisi neraca dagang yang surplus selama Oktober dan November 2013 kemarin diharapkan masih bisa terus berkelanjutan.
BI melihat yang akan menjadi tantangan di 2014 ini adalah persoalan isu tapering off. Implikasinya kepada dunia masih menjadi perhatian BI karena sudah jelas mulai Januari ini akan ada pengurangan.
Negara maju akan ada kecenderungan untuk menaikkan suku bunga. Tentu ini akan membuat adanya outflow yang besar bagi negara dengan ekonomi berkembang seperti Indonesia.
Ini yang kemudian secara langsung akan memberi tekanan pada nilai tukar rupiah. Agus sendiri menegaskan BI tidak mempunyai target penjagaan rupiah di level tertentu.
Nilai tukar saat ini sangat bergantung pada posisi fundamental ekonomi Indonesia, yaitu kondisi eksternal dan internal. "BI komitmen untuk lakukan stabilisasi nilai tukar," tandas Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo.
Penguatan operasi moneter, pengelolaan lalu lintas devisa, dan pendalaman pasar keuangan akan diintensifkan untuk mendukung efektivitas suku bunga dan nilai tukar. Bauran kebijakan moneter dan makroprudensial akan terus diperkuat BI, termasuk berkoordinasi kuat dengan pemerintah.
Di tahun ini, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran 5,8%-6,2% dengan titik berat pertumbuhannya berada di level bawah yaitu 5,8%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News