Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melihat, dari target pertumbuhan di kisaranĀ 5,8%-6,2%, pertumbuhan perekonomian Indonesia akan bias ke batas bawah pada tahun ini. Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo bilang, batas bawah kisaran tersebut sejalan dengan pulihnya ekonomi global khususnya negara-negara maju dan terkoreksinya pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang.
Bank sentral menilai, tren perlambatan ekonomi sejalan dengan arah kebijakan stabilisasi pemerintah dan BI dalam membawa ekonomi ke arah yang lebih sehat dan seimbang.
"Kami melihat di awal 2014, pertumbuhan ekonomi bias ke bawah kisaran 5,8%-6,2%. Tapi bukan berarti ke depannya tidak bisa mencapai target sasaran," ujar Agus pada konferensi pers di Gedung BI, Kamis (9/1).
Dia juga mengungkapkan, bias ke bawah target pertumbuhan ekonomi 2014 karena adanya perubahan peta atau landskap ekonomi adalah juga karena pengurangan stimulus atau tapering off yang dilakukan bank sentral Amerika Serikat (AS) mulai Januari ini. Diperkirakan, program stimulus dari The Federal Reserve akan selesai pada akhir tahun 2014.
Sinyalemen dilanjutkannya pengurangan stimulus sepanjang 2014, tentu berimplikasi pada tren peningkatan suku bunga. Hal itu merupakan daya tarik bagi pengelola dana, terutama asing, untuk melakukan reposisi aset.
Imbasnya adalah keluarnya aliran dana atau outflow yang selama ini parkir di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. "Kami lihat tantangan tahun 2014 yang akan dihadapi adalah isu tapering off dan implikasinya kepada dunia terutama negara-negara berkembang. Dana di Indonesia mungkin juga akan ada outflow karena ada tren meningkatnya ekonomi negara maju," ujar Agus.
Selain itu, turunnya harga komoditas yang terus terjadi memberikan dampak pada pendapatan ekspor Indonesia dan mempengaruhi penerimaan negara. Meski begitu, menurut Agus, penurunan harga komoditas pada 2014 ini tidak lebih buruk dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Koreksi harga komoditas, menurut Agus, tidak setajam penurunan yang diperkirakan sebelumnya. "Tapi kondisi ini semua juga akan berdampak pada ekonomi nasional meski sudah ada perbaikan pada neraca perdagangan walau masih beberapa bulan. Terdapat perbaikan pada current account deficit dan kami harapkan itu bisa sustainable," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News