Reporter: Gloria Fransisca | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Kejaksaan Agung telah menetapkan dua pegawai negeri sipil (PNS) Dinas Perhubungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan bus Transjakarta dan Bus Kota Terintegrasi Busway (BKTB).
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) kini mulai disebut-sebut terlibat dalam kasus tersebut.
"Bagaimana bisa menduga kita terlibat?. Misalnya, saya meminta Anda beli televisi. Kalau televisi yang datang jelek, ya, harus ditolak dong. Kalau tetap diterima, ya Anda yang salah," ujarnya.
Sebelumnya, Koordinator Traffic Demand Management (TDM), Ahmad Syafrudin, mengatakan kasus tersebut tidak lepas dari kebijakan hulu.
Menurut dia, dokumen pengadaan barang dan jasa yang bernilai di atas Rp 1 triliun pasti diketahui Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Namun, Ahok bersikeras bahwa kebijakan Pemprov DKI Jakarta cukup jelas. Intiya, Pemprov ingin menambah bus sebanyak mungkin dan sesuai ketentuan, yakni harus berbahan bakar compressed natural gas (CNG).
Karena itu, kemudian Pemprov DKI Jakarta akan membeli e-katalog bus transjakarta terlebih dahulu. Sayangnya, permintaan e-katalog tersebut belum bisa terpenuhi.
"Makanya tahun ini kita tahan tendernya. Tahun ini kita mau nambah 1.000 unit. Tetapi perusahaan SPBG tanya, mana busnya? Ini seperti logika telur sama ayam," kata Basuki.
Oleh sebab itu, Pemprov DKI memutuskan untuk membeli saja bus transjakarta. Keputusan itu pun sudah resmi dan dianggarkan oleh DPRD.
"Saya meminta Anda beli, ya Anda harus tanggung jawab. Itu urusan Anda dong kalau sampai salah beli. Kecuali kalau saya perintahkan Anda beli barang jelek. Atau, saya bilang jelek-jelek tetap terima saja. Itu saya yang salah. Tetapi sebaliknya, kalau mau salahkan seperti itu, DPRD semua salah dong. Karena Anda yang akhirnya putuskan membeli bus," tegas Ahok.
Ahok tak lupa menegaskan Pemprov DKI Jakarta berniat menambah bus sebanyak mungkin. Terutama, yang berbahan bakar CNG. Hanya saja, sampai sekarang e-katalognya belum ada.
"Kita konsisten kok seluruh pembelian transjakarta akan tetap gas. Cuma sambil nunggu ini bisa dipenuhi ada yang mau menyumbang bus, maka kita pakai bus itu dulu," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News