kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aturan tak bersahabat, pengusaha wait and see


Selasa, 01 Agustus 2017 / 11:01 WIB
Aturan tak bersahabat, pengusaha wait and see


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi penanaman modal di Indonesia selama triwulan II tahun ini tercatat sebesar Rp 109,9 triliun atau tumbuh 12,4% dari triwulan I yang sebesar Rp 97 triliun.

Dari realisasi itu, Penanaman Modal Dalam Negeri atau (PMDN) triwulan II lebih kecil menjadi Rp 61,0 triliun dibandingkan kuartal 1 yang Rp 68,8 triliun. Artinya, pengusaha domestik mengurangi investasi di dalam negeri.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Suryadi Sasmita melihat, Indonesia masih jadi salah satu tujuan investasi yang menarik bagi investor luar, tapi tidak bagi investor dalam negeri, “Investor dalam negeri punya uang, namun tidak punya appetite, mereka lebih wait and see daripada investasi,” kata Suryadi kepada KONTAN, Senin (31/7).

Hal ini menurut Suryadi disebabkan oleh adanya aturan-aturan yang membingungkan dan tidak bersahabat dengan pengusaha. Selain itu, di permukaan juga banyak komentar-komentar dari pemerintah yang menakut-nakuti pengusaha.

“Misalnya amnesti pajak diperiksa lagi yang sudah ikut. Padahal mungkin sebenarnya tidak. Ada juga komentar-komentar berkonotasi negatif dan orang ketakutan, seperti ‘mengintip’ rekening misalnya,” lanjutnya.

Hal ini ditambah lagi dengan gonjang-ganjing politik sehingga pengusaha khawatir. Menurut Suryadi, dalam hal ini pemerintah tidak boleh tinggal diam. Pasalnya, dengan adanya persoalan ini, di Indonesia kini terlihat bahwa kondisi makro ekonominya bagus, tetapi mikronya kurang baik.

“Penjualan ritel yang biasa naik 15%, sekarang hanya 5% atau 3,7%. Properti juga turun 60%-70%. Properti itu ada 177 usaha penunjangnya, otomatis itu juga ikut turun,” jelasnya.

Padahal, menurutnya, Indonesia sangat potensial untuk dijadikan tempat berinvestasi. Namun karena persoalan yang ada tersebut, pengusaha cenderung hingga situasi stabil. Di sisi lain, ia mengatakan bahwa pengusaha dalam negeri sudah banyak yang membuka usaha di luar lantaran aturan-aturan bisnis yang menyusahkan.

"Alfamart misalnya, di Filipina buka sekian ratus toko, di sana mereka jadi raja. Sekarang orang investasi di China, Afrika, dan oleh sebab itu, menurut saya pengusaha wait and see, makanya uang sekarang di Bank Indonesia (BI) banyak, simpanan bertambah," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×