Sumber: Kompas.com | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Virus corona varian Delta telah bermutasi menjadi varian Delta Plus dan menjadi ancaman baru dalam meluasnya penularan Covid-19.
Varian yang juga memiliki nama B.1.617.2.1 atau AY.1 telah terdeteksi di berbagai negara di dunia termasuk Indonesia. Hal itu telah dibenarkan oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
"Iya. Kita temukan varian Delta Plus di Jambi dan Mamuju," kata Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof Amin Subandrio melalui sambungan telepon, Rabu (28/7/2021).
Lantas, apa bedanya varian Delta dengan Delta Plus?
Kepala Ilmuwan WHO Dr Soumya Swaminathan dalam Twitter resmi WHO mengatakan bahwa varian Delta pertama kali terdeteksi di India, dan tercipta akibat gabungan mutasi, sehingga menyebabkan varian tersebut menjadi lebih menular dibandingkan virus aslinya.
Baca Juga: Mulai terdeteksi di Indonesia, mari mengenal varian Delta plus
Varian Delta, kata Soumya, setidaknya dua kali lebih menular dari virus corona. Artinya apabila seseorang terpapar varian ini, mereka mungkin punya lebih banyak viral load atau muatan virus.
Menurut Soumnya, viral load atau muatan virus tersebut dapat lebih mudah menularkan ke orang lain.
"Kemungkinan satu orang tidak hanya dapat menularkan virus ke dua orang, tetapi dapat menularkan virus ke empat, enam, atau bahkan delapan orang," kata Soumya seperti yang dikutip dari Twitter, Rabu (28/7/2021).
Sedangkan Delta Plus, menurut Soumnya lebih berbahaya dibandingkan varian Delta. Hal ini dikarenakan varian Delta Plus memiliki mutasi lain, yang juga terlihat pada varian Betta yang pertama kali teridentifikasi di Afrika Selatan dan Gamma yang pertama kali teridentifikasi di Brasil.
Baca Juga: Kemenkes: Semua vaksin Covid-19 efektif lawan varian Delta
Itulah sebabnya mengapa ada penyematan kata plus di belakang nama varian Delta.
"Disebut plus karena memiliki mutasi lain, yang juga terlihat pada varian Beta dan gamma, yang berpotensi juga berdampak pada pembunuhan antibodi virus. Jadi ada sedikit kekhawatiran bahwa strain ini mungkin menjadi lebih mematikan karena resisten terhadap vaksin dan obat," kata Soumya.
Akan tetapi, kabar baiknya, menurut Soumya, kasus varian Delta Plus masih sangat jarang ditemukan, bahkan secara global.
Meski begitu, Soumya mengatakan lembaganya akan terus mengawasi varian Delta Plus. Lembaganya juga akan mempelajari lebih lanjut apakah varian Delta Plus ini memiliki sifat atau karakteristik lainnya.
Baca Juga: Inilah pilihan masker terbaik untuk menghindari varian Delta
"Kita perlu studi lebih lanjut untuk melihat apakah varian Delta dengan mutasi tambahan ini memiliki sifat lain dan kami mengumpulkan informasi itu dan sedang melacaknya," katanya.
Soumya menyarankan negara-negara di seluruh dunia untuk meningkatkan pengurutan genom atau Whole Genome Sequencin untuk memetakan varian baru. Dengan begitu, baik itu varian Delta Plus maupun varian baru lainnya dapat dilacak lebih awal agar tidak menyebar semakin luas.
(Penulis/Editor: Wahyuni Sahara)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menurut WHO, Ini Bedanya Varian Delta dengan Delta Plus"
Selanjutnya: Nasib Anak-Anak Korban Covid-19
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News