Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rasio utang Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) saat ini masih berada dalam kategori aman. Namun, pemerintah diingatkan untuk mewaspadai potensi lonjakan beban utang di tengah meningkatnya tensi perang dagang global.
Data terbaru Bank Indonesia (BI) mencatat, utang luar negeri (ULN) Indonesia per akhir Februari 2025 mencapai US$ 427,2 miliar, atau setara 30,2% dari PDB. Sementara itu, rasio utang pemerintah per akhir 2024 tercatat sebesar 39,36% dari PDB, masih di bawah ambang batas aman sebesar 60%.
Meski demikian, Kepala Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (Indef), M. Rizal Taufikurahman, menilai bahwa penguatan dolar Amerika Serikat (AS) serta meningkatnya arus modal keluar akibat eskalasi perang dagang menjadi kombinasi yang berisiko.
Baca Juga: Awas! Beban Utang Indonesia Berpotensi Meningkat di Tengah Memanasnya Perang Tarif
Kondisi ini berpotensi meningkatkan beban utang dalam valuta asing, menekan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), serta menurunkan kepercayaan pasar.
“Pendekatan pemerintah yang selama ini berfokus pada stabilitas jangka pendek dapat menjadi berbahaya apabila tidak diimbangi dengan restrukturisasi sumber pembiayaan dan penguatan basis penerimaan,” ujar Rizal kepada KONTAN, Selasa (22/4).
Rizal juga menegaskan bahwa risiko pembengkakan utang tidak hanya dilihat dari sisi nominal, tetapi juga dari ketahanan ekonomi dalam menghadapi tekanan. Apalagi, sektor manufaktur nasional masih lemah, nilai tambah ekspor terbatas, dan basis pajak tergolong rendah.
Senada, Head of Macroeconomic and Financial Market Research Permata Bank, Faisal Rachman, mengingatkan bahwa pelemahan rupiah dapat memperberat beban pembayaran ULN, baik dari sisi pinjaman maupun obligasi global, khususnya dalam pembayaran utang (debt service).
Baca Juga: Perang Dagang Global Trump Bisa Jadi Bumerang untuk AS dan Untungkan China
Selain itu, meningkatnya ketidakpastian global akibat perang dagang membuat imbal hasil surat utang sulit untuk turun.
“Jika kondisi global terus memburuk, beban utang berpotensi meningkat,” kata Faisal.
Sementara itu, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalina Georgieva, menekankan pentingnya tindakan proaktif bagi negara-negara dengan tingkat utang publik yang tidak berkelanjutan.
Menurutnya, restrukturisasi utang menjadi langkah yang perlu dipertimbangkan di tengah tekanan yang meningkat, mulai dari volatilitas nilai tukar hingga penurunan investasi asing. Saat ini, tercatat ada 48 negara yang bergantung pada dukungan pembiayaan dari IMF, termasuk Argentina.
Selanjutnya: Kabar Bahagia, PNS Akan Terima Gaji ke-13 100% Gaji & Tunjangan, Ini Jadwal Pencairan
Menarik Dibaca: 5 Suplemen Vitamin Ini Punya Efek Buruk Jika Terlalu Sering Dikonsumsi, Ada Vit D
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News