kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45914,01   4,70   0.52%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Beras Melonjak, Inflasi Pangan Mengancam


Senin, 07 Agustus 2023 / 07:21 WIB
Harga Beras Melonjak, Inflasi Pangan Mengancam
ILUSTRASI. Harga beras


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Institute for Demogrpahic and Poverty Studies (IDEAS) menilai, ancaman krisis pangan global saat ini merupakan hal yang sangat serius untuk diantisipasi.

Pasalnya, krisis pangan tersebut berasal dari kombinasi dampak El-Nino dan politik proteksionisme pangan internasional, terutama dari keputusan Rusia yang menarik diri dari perjanjian black-sea grain initiative dan keputusan India yang menghentikan ekspor beras.

"Indonesia harus sangat waspada karena akan terdampak baik dari krisis beras maupun gandum," ujar Direktur  Institute for Demogrpahic and Poverty Studies (IDEAS) IDEAS Yusuf Wibisono kepada Kontan.co.id, Minggu (6/8).

Baca Juga: Harga Pangan Naik di Sejumlah Pasar di Jakarta, Beras Dijual Rp 9.000 per Liter

Yusuf mengatakan, kenaikan harga beras global dipastikan akan memberi tekanan harga ke negara-negara importir beras terbesar dunia. Misalnya saja negara China, Nigeria, Indonesia, Filipina dan Senegal.

Untuk itu, dirinya menegaskan bahwa ancaman tersebut tidak bisa diremehkan oleh Indonesia lantaran ekspor beras India terjadi bersamaan dengan El-Nino.

Ia menyebut, saat ini terjadi pola perubahan harga beras yang mengkhawatirkan dalam setahun terakhir. Sejak September 2022, harga beras menunjukkan kenaikan yang konsisten dari kisaran Rp 11.500 per Kg menjadi Rp 13.500 per Juni 2023.

Bahkan ini tidak terdapat tendensi harga turun meski Indonesia telah melalui panen raya dari Maret hingga Juni 2023. Selain itu, harga beras juga tidak menalami penurunan meski pemerintah telah melakukan impor beras.

"Maka datangnya El-Nino yang berpotensi menurunkan produksi padi dan pasokan beras, akan membuat upaya stabilisasi harga beras ke depan semakin berat," katanya.

Baca Juga: Tinjau Bapok di Pasar Bukit Sulap, Wamendag Jerry Sambuaga: Harga & Stok Bapok Stabil

Di sisi lain, potensi ancaman inflasi pangan juga akan datang dari gandum, seiring terjadinya El-Nino dan mundurnya Rusia dari perjanjian black sea grain initiative. Pasalnya, Indonesia saat ini merupakan importir gandum terbesar dunia, dengan rerata impor tahunan di kisaran 10 juta ton per tahun.

Oleh karena itu, menurutnya, Indonesia berpotensi menghadapi ancaman inflasi pangan dari dua sisi sekaligus, yaitu dari tekanan harga beras dan gandum. Bahkan, tekanan inflasi gandum tersebut berpotensi semakin mendorong inflasi beras, lantaran sifat beras sebagai substitusi gandum.

"Pola kenaikan harga beras dari akhir 2022 hingga pertengahan 2023 ini dan ancaman politik proteksionisme pangan internasional, dan ditambah potensi krisis gandum, membuat kondisi kita saat ini menjadi rentan menghadapi El-Nino," terang Yusuf.

Yusuf memperkirakan, sebenarnya inflasi 2023 ini berpotensi menuju kisaran 3%. Namun dengan perkembangan terkini, terutama dampak El-Nino, serta politik pangan India dan Rusia maka inflasi tahun ini berpotensi menuju kisaran 4%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×