kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.930   0,00   0,00%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Waspadai Kenaikan Drastis Harga Komoditas


Sabtu, 13 Januari 2024 / 05:25 WIB
Waspadai Kenaikan Drastis Harga Komoditas
ILUSTRASI. Pekerja memindahkan tandan buah segar (TBS) di salah satu perkebunan sawit Kota Bengkulu, Bengkulu, Selasa (21/11/2023). Berdasarkan data Kementerian Pertanian, total luas perkebunan sawit di Tanah Air naik dari 14,9 juta hektare pada tahun 2022 menjadi 16,38 juta hektare pada tahun 2023 dengan rincian 53 persen atau 8,64 juta hektare milik perusahaan swasta, sedangkan 42 persen atau 6,94 juta hektare berstatus sebagai perkebunan rakyat dan 800 ribu hektare dalam penguasaan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). ANTARA FOTO/Muhammad Izfaldi/rwa.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Adanya kenaikan signifikan harga komoditas (commodity boom) akan memberi keuntungan bagi negara berkembang, khususnya negara berkembang eksportir komoditas. 

Dalam laporan Global Economic Prospects edisi Januari 2024, Bank Dunia menyebut, adanya siklus boom komoditas ini berpotensi menyundut pertumbuhan ekonomi negara berkembang sebesar 1% poin. 

Belum lagi ada potensi tambahan pertumbuhan sekitar 0,2% poin dari peningkatan belanja pemerintah. Karena bagaimana pun, boom komoditas juga mendongkrak penerimaan negara. 

Baca Juga: Hati-Hati! Jangan Terlena Kenaikan Drastis Harga Komoditas

Dalam kondisi yang baik, tentu peningkatan belanja negara akibat boom komoditas ini akan mendorong ekonomi untuk menggeliat. 

Namun, di saat harga-harga komoditas mulai merosot, maka ada kemungkinan kondisi perekonomian akan goyah. 

Bahkan, kajian Bank Dunia menyebut kebijakan fiskal negara-negara berkembang yang bergantung pada komoditas 40% lebih volatil, bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lain. 

Ketidakstabilan yang tinggi akan menimbulkan hambatan kronis terhadap prospek pertumbuhan negara-negara berkembang yang mengekspor komoditas. 

Baca Juga: Ini 5 Penyebab Berat Badan Mudah Naik Drastis, Waspada Kegemukan

Nah, untuk menghalau risiko tersebut terjadi, Bank Dunia menyarankan agar pemerintah menerapkan kerangka fiskal untuk membantu mendisiplinkan pengeluaran pemerintah. 

Selain itu, Bank Dunia juga menyarankan negara-negara tersebut untuk menerapkan rezim nilai tukar yang fleksibel dan dengan menghindari pembatasan pergerakan modal internasional. 

Dengan langkah tersebut, Bank dunia yakin mampu membantu eksportir komoditas di negara-negara berkembang untuk menyumbang peningkatan pertumbuhan per kapita sebanyak 1% poin setiap empat atau lima tahun. 

Baca Juga: Jangan Disepelekan Moms! Ini 4 Kebiasaan yang Sebabkan Kolesterol Naik Drastis

Selain itu, negara-negara berkembang yang bergantung pada komoditas juga memperoleh manfaat lain, dengan membangun dana darurat yang bisa disalurkan dengan cepat dalam keadaan darurat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×