kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Hati-Hati! Jangan Terlena Kenaikan Drastis Harga Komoditas


Jumat, 12 Januari 2024 / 15:22 WIB
Hati-Hati! Jangan Terlena Kenaikan Drastis Harga Komoditas
ILUSTRASI. Pekerja mengoperasikan alat berat saat bongkar muat batubara ke dalam truk yang didatangkan dari Samarinda di Pelabuhan PLTU Tidore Kepulauan, Maluku Utara, Kamis (4/1/2023). Hati-Hati! Jangan Terlena Kenaikan Drastis Harga Komoditas.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Adanya kenaikan signifikan harga komoditas (commodity boom) akan memberi keuntungan bagi negara berkembang, khususnya negara berkembang eksportir komoditas. 

Dalam laporan Global Economic Prospects edisi Januari 2024, Bank Dunia menyebut, adanya siklus boom komoditas ini berpotensi menyundut pertumbuhan ekonomi negara berkembang sebesar 1% poin. 

Belum lagi ada potensi tambahan pertumbuhan sekitar 0,2% poin dari peningkatan belanja pemerintah. Karena bagaimana pun, boom komoditas juga mendongkrak penerimaan negara. 

Baca Juga: Peluang dan Kebutuhan Investasi Emas

Dalam kondisi yang baik, tentu peningkatan belanja negara akibat boom komoditas ini akan mendorong ekonomi untuk menggeliat. 

Namun, di saat harga-harga komoditas mulai merosot, maka ada kemungkinan kondisi perekonomian akan goyah. 

Bahkan, kajian Bank Dunia menyebut kebijakan fiskal negara-negara berkembang yang bergantung pada komoditas 40% lebih volatil, bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lain. 

Ketidakstabilan yang tinggi akan menimbulkan hambatan kronis terhadap prospek pertumbuhan negara-negara berkembang yang mengekspor komoditas. 

Baca Juga: Investor Nantikan Data Inflasi AS, Rupiah Melemah di Perdagangan Rabu (10/1)

Nah, untuk menghalau risiko tersebut terjadi, Bank Dunia menyarankan agar pemerintah menerapkan kerangka fiskal untuk membantu mendisiplinkan pengeluaran pemerintah. 

Selain itu, Bank Dunia juga menyarankan negara-negara tersebut untuk menerapkan rezim nilai tukar yang fleksibel dan dengan menghindari pembatasan pergerakan modal internasional. 

Dengan langkah tersebut, Bank dunia yakin mampu membantu eksportir komoditas di negara-negara berkembang untuk menyumbang peningkatan pertumbuhan per kapita sebanyak 1% poin setiap empat atau lima tahun. 

Baca Juga: AS Izinkan ETF Bitcoin, Apa Perbedaan dengan ETF Biasa?

Selain itu, negara-negara berkembang yang bergantung pada komoditas juga memperoleh manfaat lain, dengan membangun dana darurat yang bisa disalurkan dengan cepat dalam keadaan darurat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×