kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Wamenkeu: Konsumsi BBM 2013 di bawah 47 juta KL


Senin, 11 November 2013 / 20:34 WIB
Wamenkeu: Konsumsi BBM 2013 di bawah 47 juta KL
ILUSTRASI. Presiden Direktur PT bank Aladin Syariah Tbk Dyota Marsudi (kiri) bersama Direktur Marketing Alfamart Ryan Alfons (Kedua kanan) ./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/.


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Pemerintah optimistis, konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi tahun 2013 bisa dibawah target. Menurut Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Bambang P.S Brodjonegoro, konsumsi BBM bersubsidi diperkirakan di bawah 47 juta kilo liter.

Padahal, sebelumnya, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun 2013 targetnya 48 juta kilo liter.

“Pesimisnya bisa mencapai 47 juta kilo, tapi kalau optimisnya bisa di bawah itu,” ujar Bambang, Senin (11/11) di Jakarta kepada wartawan.

Penyebab turunnya konsumsi BBM bersubsidi adalah pola konsumsi masyarakat yang berubah. Jika sebelumnya pengguna BBM bersubsidi kendaraan roda empat lebih besar dari pengguna sepeda motor, kini justru sebaliknya. Saat ini, kebutuhan BBM bersubsidi untuk sepeda motor lebih tinggi dibanding untuk mobil.

Selain itu, ada juga masyarakat yang tadinya memakai BBM bersubsidi jenis premium, kini beralih menggunakan BBM non subsidi jenis Pertamax. Hanya saja, jumlahnya relatif sangat sedikit. Meski begitu, menurut Bambang, perubahan pola konsumsi ini akan berlanjut.

Bambang juga bilang, meski secara volume mengalami penurunan, nilai subsidi BBM masih tinggi. Penyebabnya, depresiasi nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (US$).

Dengan kurs rupiah yang melemah, menyebabkan nilai impor juga membengkak. “Jadi impor BBM bersubsidi akan lewat dari Rp 200 triliun,” imbuh Bambang.

Sementara itu, dalam data Badan Pusat Statistik nilai impor migas pada bulan September 2103 lalu sudah mencapai US$ 3,67 miliar, atau turun 0,06% dari bulan Agustus 2013.

Sebaliknya, jika dibandingkan dengan bulan September tahun 2012, nilainya malah naik sebesar 6,59%.

Ekonom Bank Mandiri Destri Damayanti melihat, kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi pada bulan Agustus lalu belum belum berdampak banyak.

Ia malah melihat konsumsi BBM sepertinya akan tetaptinggi. Sebab, pengguna BBM bersubsidi akan emakin banyak karena bertambahnya produksi kendaraan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×