Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
Ia menyarankan agar pemerintah menerbitkan SUN dengan mata uang dollar, untuk menarik investor luar negeri dan menjaga likuiditas perekonomian dalam negeri tetap terjaga.
“Hal ini dilakukan sambil berkoordinasi dengan Bank Indonesia terkait strategi beli jual surat berharga mereka,” imbuhnya.
Untuk diketahui, Kementerian Keuangan melaporkan, realisasi pembiayaan anggaran hingga akhir April 2024 mencapai Rp 71,1 triliun. Realisasi ini baru mencapai 13,3% dari target dalam APBN sebesar Rp 522,8 triliun.
Baca Juga: Gejolak Ekonomi Pengaruhi Penerimaan Negara, Perlu Tambah Utang Baru?
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan bahwa rendahnya realisasi pembiayaan anggaran tersebut disebabkan oleh pemerintah yang masih menahan penerbitan utang baru, mengantisipasi volatilitas pasar keuangan global.
“Kita bisa cukup stabil, termasuk spread kita terhadap US Treasury karena kita cukup terukur dalam menerbitkan surat utang kita. Ini yang menyebabkan kita mungkin bisa menjaga yield kita,” jelasnya.
Sri Mulyani mencatat, hingga April 2024, realisasi pembiayaan anggaran melalui utang mencapai Rp 119,1 triliun. Realisasi tersebut mencapai 18,4% dari target Rp 648,1 triliun atau turun 51,2% yoy.
Baca Juga: Yield SBN Naik, Beban Bunga Utang Pemerintahan Prabowo Berpotensi Membengkak
Pembiayaan utang ini salah satunya berasal dari penerbitan surat berharga negara (SBN) neto mencapai Rp 128,6 triliun, atau turun tajam sebesar 46,4% yoy, dan pinjaman sebesar Rp 9,5 triliun atau mencapai 48,37% dari target Rp 18,4 triliun.
Lebih lanjut, untuk pembiayaan non utang, realisasinya mencapai Rp 48 triliun, atau mencapai 38,3% dari pagu. Realisasi pembiayaan non utang ini meningkat 142,4% yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News