Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemprin) mencatat hingga tahap kesepuluh program pendidikan vokasi link and match Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan industri, sudah ada 2.612 SMK dan 899 industri yang berpartisipasi. Jumlah itu lebih tinggi dari target yang dipatok hingga tahun 2019 ini, yakni 2.600 SMK dan 750 industri.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, hingga tahap kesepuluh, terdapat total 4.997 perjanjian kerjasama telah ditandatangani pada pelaksanaan program ini, dimana setiap SMK bisa dibina oleh lebih dari satu industri.
Sementara itu, sejak diluncurkan tahun 2017, program pendidikan vokasi link and match SMK dan industri ini telah menggandeng lebih dari 40.000 siswa-siswi SMK mulai dari wilayah Jawa, Sumatera hinga Sulawesi dengan rata-rata 200 siswa per SMK.
"Pemerintah sudah merealisasikannya dalam dua tahun ini, kami berharap pelaku industri terus melakukan pembinaan dan pengembangan kepada SMK di wilayahnya. Selain itu SMK juga proaktif dalam mengembangkan link and match dengan dunia industri," kata Airlangga melalui keterangan tertulisnya, Senin (18/3).
Airlangga juga meluncurkan pendidikan vokasi link and match SMK dan industri di wilayah Jawa Barat tahap ke-2, yakni di PT Anugerah Indofood Barokah Makmur, Sukabumi.
Airlangga bilang, pihaknya telah menyelenggarakan dua kali peluncuran pendidikan vokasi di Jawa Barat. Sebab, wilayah ini memiliki potensi besar dalam pengembangan sektor industri manufaktur. "Kali ini dilakukan penandatangan 646 perjanjian kerjasama antara 133 industri dan 440 SMK," terangnya.
Di Indonesia terdapat 14.260 SMK, yang 10.600 di antaranya berstatus swasta. Sementara, 5.000 SMK belum punya kerjasama dengan industri.
Adapun, Airlangga mengungkapkan, sebagai benefit bagi perusahaan yang berperan aktif dalam pengembangan pendidikan vokasi, pemerintah sedang menyiapkan skema insentif. Yakni insentif fiskal super deductible tax berupa pengurangan penghasilan bruto sebesar 200% dari biaya yang dikeluarkan perusahaan.
“Jadi, misalnya perusahaan yang membantu SMK melalui pemberian peralatan dan permesinan dengan investasinya senilai Rp 1 miliar, maka akan diberikan super deductible tax sebesar Rp 2 miliar dalam periode lima tahun. Selain itu, industri-industri ini juga akan mendapat fasilitas insentif untuk inovasi yang besarnya sampai dengan 300%,” terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News