Reporter: Ratih Waseso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, pencapaian program imunisasi dasar lengkap (IDL) di Indonesia mengalami ketertinggalan akibat adanya pandemi Covid-19.
Para vaksinator mayoritas bertugas melaksanakan percepatan vaksinasi Covid-19. Maka Budi menargetkan pencapaian IDL dapat kembali ditingkatkan pada tahun 2022 ini.
Tahun 2022 ini Kemenkes menargetkan persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan IDL mencapai 94,1%. Adapun tahun 2021 capaian persentase IDL bayi usia tersebut hanya 75,9% dari target 93,6%.
"Jujur saya sampaikan bahwa sejak adanya pandemi covid ini pencapaian program imunisasi dasar kita kedodoran. Kita kedodoran karena bukan hanya karena orangnya sibuk menangani Covid tapi juga karena memang waktunya para vaksinator tidak bisa vaksinasi yang lain," jelas Budi dalam Rapat Kerja Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bersama Komisi IX DPR RI, Senin (17/1).
Meski IDL mengalami penurunan, Budi menyebut ada beberapa daerah yang selama pandemi Covid-19 ini masih dapat meningkatkan cakupan imunisasi dasar lengkap. Wilayah tersebut ialah, DI Yogyakarta, Bengkulu, Sumatra Selatan dan Sulawesi Selatan.
Baca Juga: Imunisasi dasar anak-anak juga bisa membantu terciptanya herd immunity
DKI Jakarta dengan cakupan vaksinasi Covid-19 yang tinggi, justru mengalami penurunan pencapaian IDL.
Sebagai informasi, meski di tengah pandemi pelaksanaan imunisasi dasar lengkap bagi bayi dan anak tetap harus dilaksanakan. Hal tersebut mencegah timbulnya wabah lain timbul lantaran rendahnya imunisasi dasar lengkap.
"Sekarang kita lagi mempelajari mencari best practice-nya, kita akan meniru daerah-daerah Dinkes-Dinkes Bengkulu, Jogja, Sumatra Selatan, Sulawesi Selatan kok bisa bagus. Sehingga dengan demikian kita bisa mempelajari masalah-masalah yang terjadi di daerah-daerah yang di bawah seperti DKI Jakarta, Sumatra Utara, Riau, Sumatra Barat masalahnya apa," tutur Budi.
Budi mengatakan, imunisasi dasar lengkap rendah capaiannya lantaran beberapa hal. Di antaranya stok vaksin untuk imunisasi dasar lengkap kurang, salah satunya vaksin DPT.
Kemudian penyimpanan vaksin penuh dengan vaksin Covid-19, tenaga nakes terfokus untuk penanganan dan vaksinasi Covid-19, serta adanya penutupan Posyandu karena pandemi.
"Vaksin itu harus disimpan di lemari es, ternyata lemari sepenuh sama vaksin covid dan juga reagen-reagen. Nah itu juga yang kita amati, sehingga kita nanti akan atur bagaimana caranya supaya di satu sisi vaksinasi covid bisa lebih cepat, tapi juga kita memiliki ruangan yang cukup untuk imunisasi dasar lengkap," paparnya.
Baca Juga: Anak Indonesia Perlu Dilindungi Di Masa Pandemi
Menyikapi tantangan dalam pelaksanaan imunisasi dasar lengkap tersebut, Kemenkes kini mempercepat pengadaan stok vaksin dasar. Sebagai solusi penyimpanan vaksin, pemerintah akan melakukan strategi dengan mengambil vaksin rutin dengan vaksin Covid-19 secara bersamaan, sehingga tidak tertumpuk di gudang.
Kemenkes juga berkerjasama dengan Nakes dari swasta dan TNI/POLRI untuk percepatan vaksinasi Covid-19. Sehingga Puskesmas dapat fokus dalam melaksanakan imunisasi dasar. Selain itu melakukan optimalisasi Posyandu dengan melibatkan PKK dan para kader.
"Kita juga melihat bahwa pencatatan dan pelaporan sistem informasi imunisasi dasar lengkap masih kalah jauh dengan vaksinasi covid-19. Nanti kita akan integrasikan program aplikasi pencatatan dan pelaporan itu agar bisa menjadi satu agar lebih mudah kita amati bersama," pungkasnya.
Berdasarkan data Kemenkes jumlah kabupaten/kota yang mencapai 80% imunisasi dasar lengkap bayi usia 0-11 bulan tahun 2020 hanya 289 daerah dari target 401. Angka tersebut menurun kembali di tahun 2021 dimana kabupaten/kota yang mencapai 80% IDL menjadi 233 daerah dari target 431 daerah.
Kemudian persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat IDL tahun 2020 ialah 84,2% dari target 92,9%. Persentase imunisasi dasar lengkap kepada bayi usia 0-11 bulan tahun 2021 kembali menurun menjadi 75,9% dari target 93,6%. Kemudian persentase anak usia 18-24 bulan yang mendapat imunisasi lanjutan campak dan rubella tahun 2020 mencapai 65,3% dari target 74,6%, di tahun 2021 masih mengalami penurunan menjadi 50,3%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News