kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45930,39   2,75   0.30%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Utang luar negeri tumbuh melambat


Selasa, 21 Agustus 2018 / 09:19 WIB
Utang luar negeri tumbuh melambat


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) membuat utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir Juni 2018 melambat. Bank Indonesia (BI) mencatat, ULN pada akhir kuartal kedua lalu sebesar US$ 355,7 miliar, tumbuh 5,5% year on year (YoY).

Dibandingkan pertumbuhan ULN pada kuartal pertama, pertumbuhan itu jauh lebih lambat. Pada akhir kuartal I-2018, ULN masih tumbuh 8,9% YoY dan di akhir Mei 2018 masih tumbuh 6,8% YoY.

Menurut BI, ULN pemerintah pada akhir kuartal II-2018 tumbuh 6,1% YoY, melambat dibandingkan kuartal I-2018 tang sebesar 11,6% YoY menjadi US$ 176,5 miliar. Perlambatan itu sejalan dengan net pelunasan pinjaman dan surat berharga negara (SBN) domestik yang dibeli kembali oleh investor domestik.

Selain itu menguatnya dollar AS dan ketegangan perdagangan antara AS dan China turut memengaruhi fluktuasi di pasar SBN domestik.

ULN swasta juga tumbuh melambat, terutama pada ULN sektor industri pengolahan dan sektor pengadaan listrik, gas, dan uap atau air panas (LGA). Pertumbuhan ULN sektor industri pengolahan dan sektor LGA di kuartal II-2018 masing-masing tercatat sebesar 1,1% YoY dan 16,1% YoY, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya.

Sedangkan pertumbuhan ULN sektor pertambangan dan sektor keuangan meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya. Diketahui, pangsa ULN dari keempat sektor tersebut di atas terhadap total ULN swasta, mencapai 72,2%.

Dengan pelambatan itu, struktur ULN Indonesia pada kuartal II-2018 terkendali dalam level yang sehat. Hal ini tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir Juni lalu di kisaran 34%. "Rasio tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata negara peers," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman, Senin (20/8).

Kemampuan membayar utang yang dilihat dari rasio pembayaran pokok dan bunga utang luar negeri terhadap penerimaan transaksi berjalan atau debt to service ratio (DSR) juga masih berada di level aman, yaitu 24,34%. "BI berkoordinasi dengan pemerintah terus memantau perkembangan ULN dari waktu ke waktu untuk mengoptimalkan peran ULN dalam mendukung pembiayaan pembangunan," tambah Agusman.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah berpendapat, pelemahan nilai tukar rupiah menjadi faktor utama yang menyebabkan ULN melambat. Selama nilai tukar rupiah berpotensi melemah, maka risiko menarik pinjaman valas meningkat. "Kalau ada pengusaha yang memperkirakan rupiah tembus Rp 15.000, dia akan rugi menarik utang dalam dollar Amerika Serikat (AS). Makanya ini yang menyebabkan wait and see," jelas Piter.

Kreditur juga tidak berani menyalurkan kredit saat nilai tukar bergejolak, sebab risiko semakin tinggi. Namun, ia tak melihat kemungkinan swasta memilih kredit dalam negeri lantaran bunga kredit dari dalam negeri yang lebih tinggi.

Menurut Piter, pelambatan ULN, khususnya sektor swasta menandakan pengusaha menunda proses bisnis dan ekspansi. Kondisi ini diperkirakan akan berlangsung hingga akhir tahun, bahkan bisa berlanjut hingga 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×