Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli
Ketiga, PT Hutama Karya kondisinya saat ini mengalami situasi berat karena pengerjaan proyek tol Trans Sumatra yang diiringi keterlambatan PMN selama dua tahun. Dus, nilai aset dan utang perusahaan meningkat tajam, namun ekuitas tidak berubah.
Tiko melaporkan, Hutama Karya tercatat memiliki utang sebesar Rp 50,55 triliun dengan pendapatan yang turun sebesar 17,99% pada 2020. Ke depan, untuk melanjutkan pengerjaan proyek Trans Sumatra tahap I dengan total nilai Rp 66 triliun, pemerintah akan memberikan bantuan modal secara bertahap.
"Tahun ini dapat Rp 25 triliun dan di 2022 akan ada Rp 30 triliun lagi untuk memperkuat tahap 1, dan sisanya akan diberikan pada 2023," jelas Tiko.
Baca Juga: Demi menggenggam saham LinkAja, BRI dan BNI ramai-ramai suntik anak usaha
Keempat, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) turut mengalami tekanan karena adanya proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung yang membutuhkan modal besar. Saat ini pendapatan perseroan turun sebesar 39,23% dan utang mencapai Rp 24,28 triliun.
“Sementara Adhi dan PP dalam kondisi yang lebih baik, namun juga masih butuh permodalan,” ucap Tiko.
Adapun, kondisi PT Adhi Karya Tbk (ADHI) dan PT PP Tbk (PTPP) masih memiliki kondisi keuangan yang cukup baik ketimbang BUMN Karya lainnya, tapi keduanya tercatat tetap menorehkan penurunan pendapatan masing-masing sebesar 29,27% dan 32,84%.
Selanjutnya: Realisasi Jalan Tol Baru di Semester I-2021 Hanya 57 Km
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News