kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.088.000   -7.000   -0,33%
  • USD/IDR 16.379   -103,00   -0,62%
  • IDX 7.842   94,32   1,22%
  • KOMPAS100 1.099   14,49   1,34%
  • LQ45 802   7,15   0,90%
  • ISSI 267   3,55   1,35%
  • IDX30 416   3,73   0,91%
  • IDXHIDIV20 482   3,89   0,81%
  • IDX80 121   1,02   0,85%
  • IDXV30 133   1,21   0,92%
  • IDXQ30 134   1,10   0,83%

BI Rate Kembali Turun, Perbankan Harapkan Likuiditas Valas Bisa Melonggar


Jumat, 22 Agustus 2025 / 05:30 WIB
BI Rate Kembali Turun, Perbankan Harapkan Likuiditas Valas Bisa Melonggar
ILUSTRASI. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), dana pihak ketiga (DPK) valas per Juni 2025 hanya tumbuh 1,8% secara tahunan menjadi 1.355,4 triliun. REUTERS/Kham/File Photo


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kondisi likuiditas valuta asing (valas) di perbankan Tanah Air terlihat masih mengetat. Hal ini terlihat dari melemahnya pertumbuhan sumber pendanaan dana pihak ketiga (DPK) maupun pertumbuhan pinjaman valas selama enam bulan berturut-turut. 

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), dana pihak ketiga (DPK) valas per Juni 2025 hanya tumbuh 1,8% secara tahunan menjadi 1.355,4 triliun. Bahkan pada bulan sebelumnya DPK valas hanya tumbuh 0,3%.

Adapun kredit valas perbankan tumbuh 8,22% menjadi Rp 1.241,5 triliun per Mei, capaian ini terlihat melambat dari bulan sebelumnya yang tumbuh 9,5%

Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan menyampaikan, dengan Bank Indonesia yang kembali menurunkan bunga acuan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5%, ia berharap di semester kedua 2025 ini likuiditas bisa melonggar termasuk valas dan rupiah.

Baca Juga: BI Rate Kembali Dipangkas, Perbankan Bersiap Menurunkan Suku Bunga Kreditnya

"Likuiditas valas kami masih cukup dengan loan to deposit ratio (LDR) valas yang sekitar 60%-an. Jadi akan tergantung dari kebutuhan loan valas saja," ujar Lani kepada kontan.co.id, Kamis (21/8).

Lani juga mengaku kondisi DPK maupun kredit valasnya masih mencatatkan pertumbuhan kendati ia tak merinci angka pastinya.

Dalam menjaga likuiditas valas kedepan, kata Lani pihaknya tidak akan mengerem kredit, namun tentu saja akan banyak dipengaruhi oleh daya beli masyarakat, kepercayaan pelaku usaha untuk berinvestasi.

PT Bank Central Asia (BCA) juga mengklaim likuiditas valasnya masih memadai, sejalan proyeksi pertumbuhan transaksi valuta asing serta pergerakan nilai tukar rupiah.  

Per Juni 2025 kredit valas BCA tercatat masih bertumbuh positif mencapai sekitar naik 11,1% YoY menjadi Rp 49,0 triliun dari Rp 44,1 triliun di tahun sebelumnya. 

Adapun sektor yang paling banyak memberikan kontribusi antara lain jasa bisnis, manufaktur dan pertambangan.

"BCA senantiasa mencermati dinamika makroekonomi, baik domestik maupun global. BCA berfokus pada fundamental bisnis perseroan, serta tetap mengambil langkah yang pruden dalam menghadapi dinamika makroekonomi saat ini," ungkap Hera.

Kondisi likuiditas valas BCA yang memadai juga disebut tak lepas dari posisinya sebagai bank perantara untuk devisa hasil ekspor dari barang ekspor sumber daya alam (DHE SDA).

Baca Juga: BI Rate Turun Jadi 5%, Arus Modal Asing ke Pasar Indonesia Masih Prospektif

"BCA telah mempersiapkan berbagai langkah untuk mengantisipasi risiko pasar atas transaksi yang terkait dengan risiko nilai tukar dan suku bunga, termasuk dengan melakukan penetapan dan kontrol limit risiko pasar. Tak hanya itu, BCA juga konsisten melakukan stress test dalam mengukur risiko," jelasnya.

Di sisi lain, Head of Research Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai, dengan semakin rendahnya BI Rate maka perlu diimbangi dengan kebijakan lain untuk menahan arus keluar valas, namun sisi positif bunga rendah adalah ingin mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyaluran kredit produktif.

"Ada Potensi likuiditas valas berkurang ketika bunga di dalam negeri turun namun pemerintah sudah mengantisipasi agar likuiditas valas di dalam negeri tetap terjaga baik," kata Trioksa.

Menurutnya, dengan semakin rendahnya BI Rate berpotensi membuat likuiditas valas semakin ketat, sentimennya adalah investor akan mengalihkan dana ke negara yang menawarkan suku bunga yang lebih tinggi dengan tingkat risiko yang masih bisa diterima.

Trioksa menyebut, strategi yang dapat dilakukan oleh bank adalah dengan memberikan kredit valas yang didukung dengan underlying atau transaksi yang bersesuaian, mendorong pemasaran funding valas dan menawarkan fitur produk simpanan dan transaksi valas yang menarik di bank.

Sementara Pengamat Perbankan Mochammad Amin Nurdin mengatakan, dengan turunnya bunga acuan tidak akan terlalu berdampak signifikan pada kondisi likuiditas valas perbankan.

"Kalau penurunan bunga acuan lebih untuk peningkatan DPK yang sifatnya non valas, tapi bagaimanapun karena ini perputaran, semuanya pasti akan ada pengaruhnya meskipun kecil," kata Amin.

Amin menilai, secara umum likuiditas valas masih ketat, jadi apapun kondisinya masih akan ketat. Ia juga memperkirakan pertumbuhan DPK valas tidak akan tinggi, dalam hal persentase hanya 5%-7% dibandingkan Pertumbuhan DPK yang non-valas untuk tahun ini.

Baca Juga: Pasar Saham Tersengat Euforia Pemangkasan Suku Bunga

Lebih lanjut Amin menerangkan, sentimen yang mempengaruhi ketatnya likuiditas valas yakni, kondisi global, perbandingan kurs, seberapa besar kebutuhannya ke depan, dan apakah banyak instrumen lain yang diterbitkan.

"Kalau misalnya mau melonggarkan kan banyak hal yang bisa dilakukan, seperti menerbitkan surat utang, club deal, sindikasi, macam-macam yang kemudian membuat kondisi likuiditas melonggar," ujarnya.

Karena kata Amin bagaimanapun ini akan berpengaruh terhadap kebutuhan kredit valas, karena untuk bank-bank besar dan bank asing memang cukup banyak permintaan untuk pembiayaan yang berbasis valas.

"Dan kebutuhan akan dana dalam valuta asing cukup besar untuk investasi, baik di dalam maupun di luar negeri Karena beberapa produk itu kan dibeli dengan menggunakan mata uang asing," jelasnya.

Selanjutnya: 22 Mobil dan Motor Mewah Disita KPK Saat OTT Wamenaker Noel, Harga Miliaran Rupiah

Menarik Dibaca: Menu Pantangan Asam Urat dari Jeroan hingga Sate, Jangan Sampai Ada di Piring

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
BOOST YOUR DIGITAL STRATEGY: Maksimalkan AI & Google Ads untuk Bisnis Anda! Business Contract Drafting

[X]
×