kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.134   66,00   0,41%
  • IDX 7.065   80,82   1,16%
  • KOMPAS100 1.056   15,21   1,46%
  • LQ45 830   12,54   1,53%
  • ISSI 214   2,04   0,96%
  • IDX30 423   6,62   1,59%
  • IDXHIDIV20 510   7,64   1,52%
  • IDX80 120   1,68   1,42%
  • IDXV30 125   0,50   0,40%
  • IDXQ30 141   1,98   1,43%

Upayakan Penurunan Harga Beras, Mendag Minta Bulog Percepat Distribusi Beras


Senin, 30 Januari 2023 / 19:51 WIB
Upayakan Penurunan Harga Beras, Mendag Minta Bulog Percepat Distribusi Beras
ILUSTRASI. Mendag meminta agar Perum Bulog dapat segera mendistribusikan beras impor yang akan digunakan untuk operasi pasar. ANTARA FOTO/Muhammad Izfaldi/hp


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menyebut bahwa harga beras saat ini cenderung stabil, namun masih pada posisi tinggi.

Oleh karenanya, Zulkifli meminta agar Perum Bulog dapat segera mendistribusikan beras impor yang akan digunakan untuk program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) atau operasi pasar. Menurutnya saat ini sudah ada 200.000 ton beras dari luar negeri masuk dari total 500.000 ton.

"200.000 ton udah masuk, yang 300.000 ton akan sampai kepada Februari bulan ini," kata Zulkifli di Komplek Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (30/1).

Untuk mempercepat penurunan harga beras maka diperlukan juga kecepatan dalam mendistribusikan cadangan beras pemerintah (CBP) melalui SPHP. Pasalnya Zulkifli mengatakan kecepatan distribusi menjadi penentu juga harga agar cepat turun.

Baca Juga: Indef: Peran Pemerintah Harus Lebih Besar Ketimbang BI Meredam Inflasi

"Diperlukan kecepatan untuk mendistribusikan beras ini sampai kepada apa namanya warung-warung rakyat di setiap kabupaten. Nah kecepatan ini menentukan harganya turun apa tidak," jelasnya.

Ia juga telah berdiskusi bersama Kepala Perum Bulog Budi Waseso dan meminta untuk memangkas alur distribusi beras ke pasar. Ia ingin beras seharga Rp8.200 per kilogram juga dapat dinikmati oleh konsumen pasar tradisional.

Terutama di Pulau Jawa, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan. Ia menjelaskan jika beras dari Bulog distribusi melalui pedagang-pedagang besar memiliki potensi untuk dinaikkan harganya.

"Instrumen beras dari Bulog itu tidak hanya sampai pada pedagang-pedagang besar. Tapi bagaimana beras dari Bulog yang dijual Rp8.200 itu sampai di pasar-pasar tradisional," kata Zulkifli.

Maka ia meminta agar rantai distribusi tersebut dapat dipotong agar beras dari Bulog dapat langsung disalurkan ke pasar-pasar. Hingga pada akhirnya dapat menurunkan harga beras yang saat masih cenderung stabil tinggi.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam rapat terbatas Senin (30/1) meminta jajarannya mewaspadai adanya kenaikan harga barang dan jasa. Terutama yang berkaitan dengan minyak goreng hingga beras.

"Kenaikan harga-harga barang dan jasa saya liat betul-betul harus diwaspadai. Pertama urusan beras, kedua berkaitan dengan minyak, minyak goreng dilihat betul," kata Jokowi.

Deputi Bidang Kerawanan Pangan Badan Pangan Nasional Nyoto Suwignyo mengatakan, harga rata-rata beras periode Januari 2023 dibanding bulan sebelumnya naik sebesar 1,9% untuk beras medium, dan 2,13% untuk beras premium. Saat ini harga beras medium ialah Rp 11.622 per kilogram dan premium Rp 13.278 per kilogram per 28 Januari kemarin.

Harga beras di tingkat konsumen yang melebihi harga eceran tertinggi (HET) didorong karena masih tingginya harga gabah kering giling dan harga beras di tingkat penggilingan.

Baca Juga: Badan Pangan Nasional Menyebut Ada Tren Penurunan Harga Beras Medium

Harga gabah kering giling (GKG) ditingkat penggilingan yakni Rp6.270 per kilogram, dimana Harga Acuan Pembelian (HAP)/ Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yaitu Rp5.250 per kilogram.

Tingginya harga juga terjadi pada beras medium ditingkat penggilingan yaitu Rp. 10.330 per kilogram pada 28 Januari 2023. Sedangkan HAP/HPP beras medium di tingkat penggilingan ialah Rp8.300 per kilogram.

"Harga beras di tingkat penggilingan yaitu sebesar Rp10.330 per kilo, harga ini melebihi melebihi harga acuan produksi yang ditetapkan Rp8.300 per kilogram. Inilah yang mungkin kedepannya perlu ada penyesuaian-penyesuaian kembali terhadap harga acuan produksi, sehingga petani akan menyesuaikan dan mendapat keuntungan melalui melihat situasi kondisi pasar yang ada," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×