kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

UMP naik, pertumbuhan daya beli dorong investasi


Selasa, 10 Desember 2013 / 15:14 WIB
UMP naik, pertumbuhan daya beli dorong investasi
ILUSTRASI. Download MP3 Juice, Cara Terbaru Convert Video Menjadi Format Audio dengan Mudah


Reporter: Arif Wicaksono | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA.  Foreign Direct Investment (FDI) atau investasi asing berorientasi ekspor yang sebelumnya mengarah ke China kemungkinan akan beralih ke berbagai negara lain.

Di dalam benua Asia sendiri, hasil survey memberi kesan bahwa Laos, Bangladesh, Sri Lanka, Vietnam dan Filipina adalah yang kemungkinan akan sangat diuntungkan dengan hal tersebut.

Sedangkan sedikit atau bahkan tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa dana investasi akan kembali mengalir ke Amerika Serikat, Eropa atau Jepang.

Bagaimana dengan Indonesia? Analis Credit Suisse, Robert Prior-Wandesforde dalam risetnya yang dirilis Selasa ini (10/12), menilai, kenaikan upah minimum yang signifikan belakangan ini akan membuat negara ini lebih sulit menarik investasi di industri manufaktur yang sedikit memberi nilai tambah.

Ia percaya bahwa kenaikan upah tersebut dilakukan terlalu dini jika dilihat dari sudut pandang pembangunan ekonomi.

Meskipun demikian, dari perspektif pendanaan current account, jelas terlihat banyak perusahaan asing tertarik oleh peningkatan daya beli dari pertumbuhan pesat kelas menengah.

Hal yang bertolak belakang justru terlihat di Taiwan dan Korea. Kedua Negara ini mengalami pelarian dana investasi yang masih belum terlihat mereda.

Hal ini juga terlihat melukai performa perekonomian kedua Negara. Prior-Wandesforde mengakui tidak mustahil kedua negara akan mencatat angka FDI yang negatif seperti terjadi di AS, Jepang dan Eropa.

Performa FDI Indonesia belakangan jika dilihat proporsinya atas GDP, mungkin tidak sehebat yang dipercaya banyak orang. Di waktu yang sama, harga komoditas yang lebih rendah dan aturan yang lebih ketat berarti investasi yang berkaitan dengan komoditas akan tertekan.

Namun Prior-Wandesforde menilai  pemerintah juga harus berhati-hati tidak menghambat proyek-proyek berorientasi ekspor yang akan secara langsung membantu masalah defisit eksternal Negara ini.

Kabar baiknya, Indonesia dengan sangat jelas masuk dalam radar investasi banyak perusahaan Jepang dan Negara lainnya yang tertarik akan daya beli dari kelas menengah yang tumbuh secara pesat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×