kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   -8.000   -0,42%
  • USD/IDR 16.779   21,00   0,13%
  • IDX 6.369   106,29   1,70%
  • KOMPAS100 923   27,30   3,05%
  • LQ45 724   17,33   2,45%
  • ISSI 198   4,51   2,33%
  • IDX30 378   6,29   1,69%
  • IDXHIDIV20 458   7,62   1,69%
  • IDX80 105   3,28   3,22%
  • IDXV30 111   4,56   4,28%
  • IDXQ30 124   1,83   1,50%

Trump Tunda Implementasi Tarif Impor 90 Hari, Bagaimana Sikap Indonesia?


Minggu, 13 April 2025 / 16:05 WIB
Trump Tunda Implementasi Tarif Impor 90 Hari, Bagaimana Sikap Indonesia?
ILUSTRASI. U.S. and Chinese flags and a 'tariffs' label are seen in this illustration taken April 10, 2025. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Rabu (9/4) mengatakan akan menunda kebijakan tarif impor selama 90 hari. 

Merespon hal tersebut, pemerintah dalam berbagai kesempatan mengambil langkah diplomasi dan negosiasi.

Meski AS disebut meminta dukungan Vietnam, Kamboja, dan Malaysia untuk melawan dominasi China dalam perdagangan, Presiden Prabowo Subianto mengatakan bahwa Indonesia tidak akan memutus hubungan dagang dengan China. 

Prabowo juga mengungkapkan telah mengajukan permintaan untuk bertemu Presiden Trump. “Saya minta waktu (bertemu Trump), mudah – mudahan ya,” ujar Prabowo usai menghadiri Antalya Diplomacy Forum di Turki, Jumat (11/4) malam.  

Selain itu, mengutip unggahan instagram @smindrawati pada Sabtu (12/4), Menteri Keuangan Sri Mulyani berbincang via telepon dengan Menteri Keuangan Australia Jim Chalmers membahas kebijakan tarif impor Trump. 

Baca Juga: Trump Dinilai Berhasil Capai Tujuannya Meski Tunda Penerapan Tarif 90 Hari

Sri Mulyani mengatakan bahwa Indonesia melakukan berbagai langkah deregulasi dan penyederhanaan ekspor impor dan investasi untuk menjaga momentum aktivitas ekonomi. Juga pertemuan dengan dunia usaha dan stakeholders untuk merespons bersama perubahan situasi dunia. 

“Selain itu, saya juga bagikan hasil dari pertemuan Menkeu Asean yang bertekad memperkuat kerja sama intra Asean, dan juga upaya memperkuat hubungan perdagangan dan investasi dengan berbagai pihak seperti Uni Eropa, Gulf States, Latin Amerika, serta Kanada,” ujar Sri Mulyani dalam laman instagramnya dikutip Minggu (13/4). 

Sri Mulyani di sela – sela pertemuan Menteri Keuangan Asean juga menyampaikan bahwa Indonesia akan memanfaatkan jeda 90 hari untuk menyusun kerangka kerja sama yang saling menghormati dan memperkuat ketahanan kawasan bersama negara – negara Asean.  

Berikutnya, dalam pertemuan khusus para menteri ekonomi Asean yang digelar secara daring pada Kamis (10/4), Menteri Perdagangan Budi Santoso menyampaikan bahwa Indonesia tetap berkomitmen  penuh  untuk menempuh jalur diplomasi dan negosiasi demi mencari solusi  saling menguntungkan. 

Baca Juga: Trump Tunda Kebijakan Tarif Selama 90 Hari, Ekonom: Sudah Direncanakan Sejak Awal

“Indonesia juga berkomitmen untuk berkoordinasi dengan semua pemangku kepentingan terkait, termasuk industri dalam negeri, asosiasi perdagangan, pakar ekonomi, dan organisasi perdagangan internasional untuk membangun posisi negosiasi yang komprehensif dan terpadu,” ujar Budi, Kamis (10/4). 

Sementara itu, Ekonom Universitas Andalas, Syafruddin Karimi mengapresiasi upaya Indonesia menyusun kerangka kerja sama yang saling menghormati dan memperkuat ketahanan kawasan bersama negara – negara Asean. 

Menurutnya, kerangka kerja sama ini harus diwujudkan dalam agenda konkret seperti penguatan rantai pasok regional, harmonisasi, standar industri, dan perluasan pasar intra Asean. Hal ini agar tidak berhenti pada retorika diplomatik. 

“Dalam konteks game theory, strategi ini merupakan langkah membentuk koalisi negara berkembang untuk menyeimbangkan kekuatan negara adidaya yang makin agresif,” ujar Syafruddin dalam keterangan pers, Minggu (13/4). 

Selain itu, Syafruddin menyoroti Amerika Serikat dan China yang saling lempar tarif kebijakan impor. Menurutnya, kondisi itu berdampak pada rantai pasok global dan kepercayaan investor terhadap stabilitas aset – aset utama seperti dollar dan obligasi AS. 

Ironisnya, retorika Trump yang memuji Xi Jinping sembari tetap menyerang China justru menambah kebingungan pasar. 

“Dalam situasi ini, negara – negara berkembang seperti Indonesia tak bisa hanya menonton,” kata Syafruddin.

Syafruddin menilai, diperlukan kebijakan diversifikasi pasar ekspor dan penguatan permintaan domestik. Hal ini agar ekonomi tidak terombang-ambing oleh gejolak dua raksasa yang kini lebih sibuk menunjukkan otot politik ketimbang pada keterbukaan ekonomi.

Baca Juga: Trump Menunda Tarif Resiprokal, Pasar Obligasi Domestik Diproyeksi Rebound

Selanjutnya: Link Live Streaming Liverpool vs West Ham di Liga Inggris Minggu Pukul 20.00 WIB

Menarik Dibaca: 7 Ide Desain Dapur Terbaru 2025 yang Wajib Dicoba untuk Rumah Modern Anda

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×