kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tren Surplus Neraca Perdagangan Diprediksi akan Berlanjut hingga Akhir 2022


Senin, 15 Agustus 2022 / 19:22 WIB
Tren Surplus Neraca Perdagangan Diprediksi akan Berlanjut hingga Akhir 2022
ILUSTRASI. Ekonom meyakini tren surplus neraca perdagangan Indonesia masih akan bertahan hingga akhir tahun 2022.KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual meyakini tren surplus neraca perdagangan Indonesia masih akan bertahan hingga akhir tahun 2022. Namun, David melihat surplus neraca perdagangan akan makin mengecil. 

“Hal ini seiring dengan potensi peningkatan impor, karena aktivitas ekonomi yang terus membaik. Terutama peningkatan impor bahan baku dan barang modal,” tutur David kepada Kontan.co.id, Senin (15/8). 

David menambahkan, peningkatan impor juga akan terlihat pada impor bahan bakar minyak (BBM). Peningkatan impor BBM ini memang didorong oleh peningkatan volume BBM karena peningkatan mobilitas dan juga peningkatan dari sisi nilai karena pengaruh harga minyak global. 

Baca Juga: Neraca Perdagangan RI Juli 2022 Masih Surplus Meskipun Terkoreksi

Sedangkan dari sisi ekspor, David percaya ekspor masih akan meningkat, terutama disokong oleh ekspor batubara di tengah harga batubara yang masih naik. Selain itu, ada juga permintaan ekspor komoditas Indonesia lainnya seperti barang tahan lama (durable goods), alas kaki, sparepart, dan juga ekspor kendaraan. 

Namun, David mengingatkan masih ada risiko yang membayangi pergerakan ekspor dan impor Indonesia ke depan. Risiko ini datang dari perang yang terjadi di Rusia dan Ukraina, yang juga mempengaruhi harga minyak. 

Ia berharap harga minyak tidak meningkat signifikan. Karena bila mobilitas dalam negeri makin naik, tetapi harga minyak global makin mendidih, maka bisa saja ada pembengkakan impor migas. 

Selain itu, ada potensi penurunan harga batubara, seiring dengan penurunan harga komoditas lain. Belum lagi ada risiko penurunan permintaan batubara dari China, karena perlambatan perekonomian negara tirai bambu tersebut. 

Tak hanya batubara, penurunan permintaan dari China juga berisiko menurunkan ekspor mineral Indonesia lainnya, seperti nikel. Apalagi, sektor properti China butuh nikel dari Indonesia sehingga ini juga akan menambah risiko turunnya kinerja ekspor. 

Baca Juga: BPS: Nilai Impor Juli 2022 Naik 1,64% mom

Namun, dengan gambaran tersebut, David tetap optimistis neraca perdagangan masih bisa surplus di kisaran US$ 40 miliar hingga US$ 45 miliar pada tahun 2022. Ini berarti lebih tinggi dari capaian surplus pada tahun 2021 yang sebesar US$ 35,34 miliar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×