kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.794   1,00   0,01%
  • IDX 7.470   -9,22   -0,12%
  • KOMPAS100 1.154   0,14   0,01%
  • LQ45 915   1,41   0,15%
  • ISSI 226   -0,75   -0,33%
  • IDX30 472   1,48   0,31%
  • IDXHIDIV20 570   2,21   0,39%
  • IDX80 132   0,22   0,17%
  • IDXV30 140   0,97   0,69%
  • IDXQ30 158   0,51   0,33%

Tren outflow, penerbitan SBN valas kurang menarik


Minggu, 11 Maret 2018 / 21:57 WIB
Tren outflow, penerbitan SBN valas kurang menarik
ILUSTRASI. Uang dollar AS


Reporter: Arsy Ani Sucianingsih | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepemilikan investor asing dalam surat utang negara (SBN) cenderung menyusut belakangan ini. Asing membawa uangnya pulang kampung seiring dengan prediksi kenaikan suku bunga acuan Amerika (The Federal Reserves).

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Akhmad Akbar Susamto mengatakan, saat ini memang sedang ada sentimen jual oleh para investor asing, terutama yang ingin membawa uangnya kembali negara asalnya di Amerika serikat.

“Dengan kondisi itu, permintaan terhadap dollar AS meningkat dan nilai tukar rupiah melemah,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (11/3).

Untuk itu, Bank Indonesia (BI) melakukan operasi moneter dengan menjual dollar AS dan menukarkannya dengan rupiah agar nilai tukar rupiah tidak terlalu terpuruk. Operasi moneter BI dalam konteks pasar mata uang asing, bukan di pasar Surat berharga Negara (SBN).

“Jadi, di situ bukan BI membeli SBN, tapi menjual dollar AS yang dibutuhkan investor asing setelah investor itu menjual SBN di pasar surat berharga,” papar Akhmad.

Menurutnya, di pasar SBN belum bisa dipastikan siapa saja yang membeli SBN setelah dijual investor asing. Namun, besar kemungkinan adalah investor domestik.

Pengamat Ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, per 18 Januari 2018 porsi asing di SBN sebesar 41%, sementara pada 9 Maret 2018 hanya 38,8%.

“Problemnya penurunan porsi asing ini tidak sehat, lantaran bukan karena masuknya investor domestik, melainkan karena operasi BI untuk stabilisasi rupiah. Ini bukti pasar keuangan belum dalam,” ujar Bhima.

Dana asing yang terus keluar (outflow) menunjukkan yield spread antara US Treasury dan SBN makin sempit sehingga terjadi flight to quality.

Sebenarnya, ada sisi positif dan negatif dari keluarnya dana asing dari Indonesia. Positifnya, jika investor domestik jadi lebih besar, struktur pasar keuangan lebih stabil dan tidak terpengaruh dengan gejolak eksternal. Namun, negatifnya, pemerintah sedang membutuhkan pendanaan untuk tambal defisit dan bangun infrastruktur.

Menurutnya, penerbitan surat utang jadi jalan mudah untuk meraih pendanaan. “Namun, dengan keluarnya asing, penerbitan SBN khususnya valas terancam kurang menarik,” kata Bhima.

Akhmad menambahkan, pengaruh negatifnya akan ada kemungkinan terjadi crowding out, sebab uang yang harusnya digunakan investor domestik untuk investasi di sektor riil, malah belok diinvestasikan untuk membeli SBN.

Meski demikian, Akhmad memprediksi fenomena sekarang hanyalah sementara. Setelah sentimen akibat kemungkinan perubahan kebijakan The Fed berakhir, sebagian dana investor asing akan kembali ke Indonesia lagi. "Nilai tukar rupiah kembali membaik, meskipun belum tentu sama persis ke Rp 13.500 per dollar. Kepemilikan asing di SBN juga akan meningkat,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×