kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.904.000   -25.000   -1,30%
  • USD/IDR 16.295   -10,00   -0,06%
  • IDX 7.113   44,39   0,63%
  • KOMPAS100 1.038   7,95   0,77%
  • LQ45 802   5,08   0,64%
  • ISSI 229   1,99   0,87%
  • IDX30 417   1,49   0,36%
  • IDXHIDIV20 489   1,52   0,31%
  • IDX80 117   0,66   0,57%
  • IDXV30 119   -0,75   -0,63%
  • IDXQ30 135   0,08   0,06%

TPP untuk menjaga persaingan di ASEAN


Rabu, 28 Oktober 2015 / 22:20 WIB
TPP untuk menjaga persaingan di ASEAN


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Salah satu alasan pemerintah berpikir untuk menjadi bagian dari Trans Pacific Partnership (TPP), adalah agar tidak tertinggal dari negara-negara ASEAN lainnya.

Seperti diketahui, sejumlah negara ASEAN seperti Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapore, dan Vietnam sudah menjadi anggota TPP.

Bahkan, sejumlah negara mulai berpikir untuk mengalihkan investasinya dari Indonesia ke negara anggota TPP karena dianggap akan lebih memperbaiki daya saing produk mereka.

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menilai jika Indonesia tidak bergabung, maka persaingan dengan negara lain akan tidak seimbang.

Apalagi, di dalam TPP itu ada Amerika Serikat (TPP) yang merupakan salah satu mitra dagang dan investasi penting bagi Indonesia.

"Mulai sekarang kita harus mempersiapkan diri (masuk ke TPP)," kata JK, Rabu (28/10) di Kantornya, Jakarta.

Nah, soal persiapan ini pemerintah masih harus mempelajari dokumen TPP.

Sebab, belum sepenuhnya detil isi perjanjian TPP diketahui pemerintah.

Yang baru diketahui saat ini hanya sebatas sumary-nya saja.

Selain itu, pemerintah akan terus mendorong agar industri nasional semakin efisien.

Dengan efisien, maka perusahaan dalam negeri akan memnangkan persaingan dan tidak takut hanya dijadikan pasar semata.

Sementara itu, pengusaha nasional masih mengaku hawatir Indonesia tidak bersaing jika masuk dalam TPP.

Ketua Asosiasi Produsen Peralatan Listrik Indonesia Karnadi Kuistono mengatakan pemerintah harus mengukur dan tahu kekuatan industri hulu, supaya bisa mendukung industri hilir.

Jangan sampai investasi masuk, tetapi mematikan industri dalam negeri.

Sementara, mengenai kekhawatiran sulitnya bersaing dengan sesama negara ASEAN, Karnadi melihat negara-negara tersebut memang mengandalkan industri hilirnya.

Beda dengan Indonesia yang masih senang ekspor bahan mentah, tanpa menunjang industri hilir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×