Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Total nilai transaksi marketplace di tahun 2020 tercatat lebih tinggi dari perkiraan Bank Indonesia (BI). Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan, total nilai transaksi marketplace di tahun 2020 sebesar Rp 253 triliun, atau naik dari tahun 2019 yang sebesar Rp 210,78 triliun dan 2018 yang sebesar Rp 110,96 triliun.
Nah, menurut data yang diterima Kontan.co.id, total nilai transaksi 4 marketplace terbesar di Indonesia pada tahun lalu mencapai Rp 276,87 triliun. Sementara, total nilai transaksi 14 markteplace terbesar di Indonesia di sepanjang tahun 2020 tercatat Rp 327,49 triliun.
Ke depan, Perry yakin, tren ekonomi dan keuangan digital akan semakin marak. Tak hanya terkait penjualan marketplace, tetapi juga pengunaan uang elektronik, dan transaksi digital banking, apalagi ada pandemi Covid-19 yang mempersempit pergerakan aktivitas.
“Selain itu, juga karena adanya digitalisasi sistem pembayaran, meningkatnya preferensi dan akseptasi masyarakat terhadap teknologi digital, akan semakin mendoorng pesatnya transaksi ekonomi digital, akselerasi perkembangan fintech, dan digital banking ke depan,” tutur Perry, beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Likuiditas longgar, BI dan bankir yakin bunga kredit tetap melandai di tahun ini
Untuk transaksi e-commerce sendiri, Perry memperkirakan, di tahun 2021 bisa mencapai Rp 337,0 triliun atau naik 33,2% dari perkiran di tahun 2020.
Perry juga memperkirakan, transaksi uang elektronik akan meningkat di tahun ini sebesar 32,3% menjadi Rp 266 triliun. Sementara estimasi di tahun 2020 sebesar Rp 201 triliun.
Sementara, transaksi digital banking juga diperkirakan akan semakin meningkat menjadi Rp 32.206 triliun atau tumbuh 19,1% dari proyeksi di sepanjang tahun lalu yang sebesar Rp 27.036 triliun.
Perry pun tak bosan-bosannya mengingatkan agar bank untuk segera agresif dalam mengimplementasikan digital banking. Pasalnya, zaman sudah berubah dan digitalisasi makin nyata.
Menurut Perry, ini merupakan bentuk pelayanan yang paling pas untuk masyarakat sekarang. Kalau bank kukuh untuk tidak ikut digital banking, maka risikonya bisa ditinggal oleh konsumen.
“Karena sekarang masyarkaat inginnya yang mudah. So, you have to service them lewat digital banking. Mau buka rekening, transfer, transaksi, inginnya lewat handphone dari kamar mandi, kamar tidur. Kalau bankir maunya dihampiri terus, lama-lama akan ditinggalkan,” imbuhnya.
Selanjutnya: Bank Indonesia segera terbitkan beleid transparansi suku bunga dasar kredit (SDBK)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News