kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tigor: Demokrasi kunci peningkatan investasi


Rabu, 16 April 2014 / 10:27 WIB
Tigor: Demokrasi kunci peningkatan investasi
ILUSTRASI. Promo Tiket.com Hotel, Vila dan Apartemen Domestik dengan Diskon Hingga 20%


Reporter: Gloria Fransisca | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Kondisi politik Indonesia akan tetap mempengaruhi iklim ekonomi, bisnis, dan industri. Oleh sebab itu, Citibank Indonesia terdorong untuk menggelar seminar "Indonesia Next Chapter" di Four Seasons Hotel, Rabu (16/4).

Tigor Siahaan, Chief Country Officer Citibank Indonesia membuka acara seminar, yang diakuinya, bertujuan untuk merumuskan tantangan Indonesia di masa depan.

"Tantangan Indonesia dalam menciptakan iklim ekonomi dan bisnis yang sehat tak lepas dari infrastruktur, sumber daya manusia yang baik melalui edukasi, dan terakhir adalah subsidi BBM," ujar Tigor.

Menurutnya, subsidi BBM perlu dipertimbangkan mengingat akibat subsidi Indonesia menghabiskan 350 triliun. Padahal, anggaran itu bisa dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur dan sektor lain yang menunjang perkembangan bisnis dan ekonomi.

"Andaikan kita menghemat BBM selama enam hari saja, kita bisa membangun bandara yang kualitasnya baik. Bappenas telah menyatakan, bahwa 6%-7% dana subsidi bisa dialokasikan ke pembangunan infrastruktur," tandas Tigor.

Tigor menegaskan, kondisi demokrasi Indonesia adalah kunci penting bagi suksesi peningkatan investasi dan penciptaan lapangan pekerjaan.

Sayangnya, Indonesia punya kecenderungan besar untuk terjerumus dalam negara middle income trap. Hal ini diakibatkan tidak stabilnya kondisi ekonomi dan politik Indonesia.

Middle Income Trap adalah istilah yang diberikan kepada negara-negara berpendapatan menengah  yang “terjebak” di posisinya dan tidak bisa melakukan lompatan untuk menjadi negara maju baru.

Pada acara seminar ini hadir sebagai keynote speech adalah Panglima TNI Jenderal Moeldoko. Turut pula hadir dalam seminar ini Sutanto Soehadho, Deputi Gubernur bidang Industri Perdagangan dan Transportasi DKI Jakarta.

Selain itu, Johanna Chua Managing Director Head of Asia-Pacific Economic and Market Analysis Citigroup, dan Eep Safeulloh Fatah, Indonesia Political Marketing Analyst.

Dalam pidatonya, Jenderal Moeldoko menekankan ketertautan antara politik dan keamanan. Sementara, di sisi lain, kondisi peningkatan ekonomi Indonesia di tengah krisis ekonomi global tak berbanding lurus dengan stabilitas ekonomi dan politik.

"Oleh sebab itu, TNI memainkan ruang dalam hal ini ketika kita mengetahui stabilitas keamanan kendor. Sementara demokrasi kita kuat, bahkan berkecenderungan sangat bebas," ujar Moeldoko.

Menurut Moeldoko, cara terbaik untuk menempuh ekonomi yang baik dan menyuburkan iklim investasi, maka Pemilu 2014 menjadi salah satu fokus utama saat ini.

Ia pun menambahkan, Indonesia perlu pemimpin yang bisa mengelola ekonomi domestik di tengah perlambatan ekonomi global, serta pentingnya memelihara kerukunan dan toleransi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×