Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Noverius Laoli
Dengan kondisi tersebut, akibatnya lapangan pekerjaan berkurang drastis di kisaran yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ini dikarenakan perusahaan mengurangi kapasitas, sejalan dengan berkurangnya permintaan.
Aktivitas pembelian juga terus menurun dengan tingkat penurunan tercepat kedua dan terparah sepanjang catatan survei. Sementara, stok pasca produksi menumpuk karena sejumlah industri menunjukkan bahwa barang, khususnya produk konsumer, banyak yang tidak terjual.
Baca Juga: Wall Street rebound setelah dibuka melemah berkat prospek pemulihan ekonomi
“Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di triwulan kedua, kemungkinan akan lebih buruk dibandingkan tiga bulan pertama pada awal tahun 2020. Hal ini menggambarkan banyaknya tindakan darurat yang diambil oleh pemerintah dalam melakukan pengendalian pandemi Covid-19," papar Bernard.
Survei IHS Markit menilai, berbagai tindakan pencegahan pandemi Covid-19 yang dilakukan pemerintah mengganggu rantai pasok. Proses pengiriman barang pun terganggu dengan waktu pengiriman yang semakin panjang dengan kisaran terlama sejak survei dimulai sembilan tahun lalu.
Secara garis besar, keterlambatan pengiriman ini disebabkan oleh inspeksi pabean yang semakin ketat, kurangnya material di tengah penutupan bisnis, serta adanya gangguan rute transportasi.
Baca Juga: Belanja warga Amerika anjlok tapi uang tabungan naik ke rekor tertinggi
Berkurangnya bahan baku dan lemahnya nilai tukar rupiah menyebabkan kenaikan biaya input pada bulan Mei. Akibatnya, harga rata-rata yang dikenakan para barang meningkat dikarenakan pelaku industri membebankan sebagian kenaikan biaya pada para pelanggannya.
“Dengan pertimbangan pemerintah untuk membuka kembali perekonomian secara bertahap mulai bulan Juni, PMI mungkin akan mulai naik pada bulan-bulan mendatang. Meskipun tentunya akan membutuhkan upaya yang lebih besar untuk memulihkan kerugian yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir," kata Bernard.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News