Reporter: Grace Olivia | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asian Development Bank (ADB) memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 2,5% pada tahun 2020, separuh dari pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya sebagai dampak wabah Covid-19.
Menurut laporan ekonomi tahunan Asian Development Outlook (ADO) 2020 edisi April, Jumat (3/4), pandemi Corona yang terjadi bersamaan dengan jatuhnya harga minyak mentah dunia dan pasar keuangan yang bergejolak akan berimplikasi cukup parah pada perekonomian Indonesia tahun ini.
Baca Juga: Kemenag minta masyarakat tunda akad nikah selama wabah virus corona
Kendati fundamental makroekonomi Indonesia dinilai cukup kuat, Country Director ADB untuk Indonesia Winfried Wicklein mengatakan, wabah Corona telah mengubah arah ekonomi, memperburuk kondisi eksternal dan melemahkan permintaan domestik.
“Jika langkah kebijakan yang diputuskan pemerintah cukup tegas dan efektif mengatasi dampak kesehatan dan ekonomi dari wabah ini, terutama melindungi masyarakat miskin dan rentan, maka ekonomi diharapkan kembali pada jalurnya secara bertahap di tahun depan,” tutur Winfried dalam keterangannya.
Selain pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih lemah akibat turunnya permintaan domestik dan sentimen bisnis dan konsumen yang melemah, ADB juga memproyeksi terjadinya kenaikan inflasi di Indonesia pada tahun ini.
Inflasi akan naik dari rata-rata 2,8% pada tahun lalu, menjadi 3% pada tahun ini akibat ketatnya suplai bahan pangan dan depresiasi nilai tukar rupiah. Namun, ADB melihat tekanan inflasi tersebut akan diimbangi (offset) dengan turunnya harga BBM non-subsidi akibat harga minyak rendah, serta subsidi tambahan untuk listrik dan bahan pangan.
Baca Juga: Corona memukul perhotelan, tapi INPP malah perkuat bisnis hotel ini
Begitu pun dengan defisit transaksi berjalan (CAD) yang diproyeksi akan kembali melebar menjadi 2,9% terhadap PDB di 2020. Sebab, pendapatan ekspor dari sektor pariwisata dan komoditas dipastikan menurun signifikan.
“Ketika ekspor dan investasi kembali pulih di 2021, volume impor barang modal dan bahan baku yang lebih tinggi akan membuat CAD tetap pada level yang sama dengan 2020,” lanjut Winfried.
ADB menilai, saat ini pemerintah dan otoritas keuangan telah menerapkan langkah-langkah fiskal dan moneter yang terkoordinasi baik dengan target mengurangi dampak Covid-19 pada ekonomi dan mata pencaharian masyarakat. Langkah-langkah itu misalnya, pencairan transfer sosial yang tepat waktu untuk kaum miskin dan rentan, serta pemotongan pajak dan bantuan pembayaran pinjaman untuk pekerja maupun industri dan usaha.
Baca Juga: Pemerintah diminta geser dana pilkada dan ibu kota baru untuk penanganan corona
Secara eksternal, risiko terhadap prospek ekonomi Indonesia adalah masa penyebaran wabah COVID-19 yang lebih panjang, penurunan harga komoditas lebih lanjut, dan peningkatan volatilitas pasar keuangan. Di dalam negeri, prospek ekonomi bergantung pada seberapa cepat dan efektif penyebaran pandemi dapat dikendalikan.
"Kegagalan pada sistem layanan kesehatan dan tantangan memaksakan jarak sosial, dapat memperburuk dampak pada ekonomi,” tegas Winfried.
ADB memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan pulih ke level 5% pada 2021. Inflasi juga diperkirakan akan kembali menurun menjadi 2,8%.
Baca Juga: Kena PHK terimbas corona? Daftar ke Disnakertrans untuk dapat insentif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News