Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur Indonesia tercatat masih lemah ke level 49,2 atau berada pada level kontraksi pada September 2024
Hanya saja, angka ini naik tipis jika dibandingkan dengan Agustus 2024 yang berada di level 48,9.
Dengan begitu, PMI Manufaktur Indonesia masih terjebak di zona merah atau mengalami kontraksi selama tiga bulan berturut-turut.
Penurunan kinerja PMI Manufaktur utamanya menggambarkan penurunan bulanan pada output dan pesanan baru selama bulan September selama tiga bulan berturut-turut.
Baca Juga: Ekonom Proyeksi Defisit APBN 2024 Lebih Rendah dari Outlook Pemerintah
Panelis menanggapi bahwa kondisi permintaan pasar masih lamban dan aktivitas klien secara umum lebih rendah dibandingkan sebelumnya pada tahun ini. Permintaan manufaktur global yang turun membebani penjualan eksternal.
Data terkini menunjukkan bahwa ekspor baru turun tajam sejak bulan November 2022 dan selama tujuh bulan berturut-turut.
Economics Director S&P Global Market Intelligence Paul Smith mengatakan, kinerja perekonomian sektor manufaktur Indonesia yang mengecewakan ini berkaitan dengan kondisi makro ekonomi global yang sedang lesu pada bulan September, dengan penurunan tercepat pada penjualan eksternal dalam waktu hampir dua tahun dari laporan terkini sangat menonjol di statistik.
Oleh karena itu pengusaha menanggapi dengan mengurangi aktivitas pembelian mereka, memilih menggunakan inventaris dan menjaga biaya dan efisiensi pengoperasian dengan sangat ketat.
"Namun, perusahaan tetap menaikkan jumlah tenaga kerja karena mereka menyiapkan saat-saat yang baik," ujar Paul dalam keterangan resminya, Selasa (1/10).
Paul menyebut, pengusaha masih berharap kondisi pengoperasian dan perekonomian akan lebih stabil pada tahun mendatang. Optimisme diri tentang perkiraan mendatang membaik pada September hingga level tertinggi selama tujuh bulan.
Dalam laporannya, faktor nilai tukar yang buruk dan kenaikan harga bahan baku menyebabkan kenaikan biaya input pada bulan September.
Baca Juga: BI Dorong Investor Asing Manfaatkan Peluang Investasi di Indonesia
Tingkat inflasi cukup tinggi, meski penurunan terkini berkurang hingga level terendah selama setahun sehingga mengurangi tekanan terhadap perusahaan untuk menaikkan biaya. Sebaliknya, menanggapi kondisi pasar yang lesu, perusahaan secara umum sedikit menurunkan harga output untuk pertama kali sejak bulan Juni 2023.
Selanjutnya: AAUI: Industri Asuransi Umum Bakal Fokus Terapkan Teknologi AI
Menarik Dibaca: Turun Harga, Cek Harga BBM Terbaru Oktober 2024 di SPBU Pertamina juga Shell dan BP
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News