kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,47   -2,07   -0.23%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Terdampak Covid-19, LPEM UI proyeksi pertumbuhan ekonomi dikisaran 2,4%-2,6%


Rabu, 08 April 2020 / 09:25 WIB
Terdampak Covid-19, LPEM UI proyeksi pertumbuhan ekonomi dikisaran 2,4%-2,6%


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Lembaga Penyelidikan EKonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) pun memprediksi wabah virus corona atau Covid-19 ini akan menahan pertumbuhan ekonomi di kisaran 2,4% - 2,6%.

"Pandemi memberikan ancaman besar, baik untuk kehidupan masyarakat maupun perekonomian Indonesia. Pelemahan ekonomi baik di sektor riil maupun finansial tidak dapat terhindarkan," ujar Ekonom LPEM FEB UI Teuku Riefky kepada Kontan.co.id, Rabu (8/4).

Penurunan pertumbuhan di tahun ini disebabkan oleh banyaknya sektor yang terdampak oleh virus dari negara tirai bambu tersebut, bahkan termasuk sektor dengan kontribusi terbesar seperti industri pengolahan, serta sektor perdagangan besar dan eceran.

Baca Juga: Pinjaman sektor pendidikan masih normal, ini strategi fintech lending

Riefky juga memandang bahwa penurunan aktivitas ekonomi tersebut menjalar ke penurunan permintaan kredit sehingga pertumbuhan kredit akan melambat. Bahkan, ia memprediksi pertumbuhan kredit hanya akan berada di kisaran 4,5% - 5,5%, atau lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai 6,1%.

Mengingat virus ini juga menggerogoti perekonomian dunia, maka ini berisiko menekan ekspor dan impor sehingga ancaman pelebaran defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) masih memungkinkan.

Lembaga tersebut memprediksi CAD akan sebesar 2,7% - 3,2%.

Selain itu, ada juga tren arus modal asing yang menekan likuiditas valuta asing (valas) selama pandemi. Rupiah pun diprediksi masih akan melemah bila wabah ini masih belum mereda. Riefky pun memprediksi rupiah bisa berada di kisaran Rp 16.500 - Rp 17.500 di akhir tahun.

Baca Juga: Ekonom Core memprediksi neraca perdagangan akan surplus di bulan Maret 2020

Di tengah risiko ini, Riefky menyarankan agar pemerintah dan Bank Indonesia (BI) memasang kuda-kuda strategi yang lebih kuat dan meluas untuk menahan dampak buruk dari pandemi ini.

Dari sisi pemerintah, Riefky melihat bahwa pemerintah telah mengeluarkan stimulus fiskal dalam jumlah besar dan terangkum dalam dua fokus, yaitu fokus jangka pendek dan fokus jangka panjang.

Dalam jangka pendek, pemerintah telah berupaya meningkatkan anggaran kesehatan dan mempercepat realisasi bantuan sosial (bansos).

Tak tanggung-tanggung, pemerintah telah menggelontorkan sekitar 0,5% dari PDB untuk anggaran kesehatan dan ini dinilai relatif lebih besar dibandingkan dengan negara lain yang terdampak.

Baca Juga: Ekspor perhiasan Indonesia tahun 2020 terhambat akibat wabah virus corona

Sementara dalam fokus jangka panjang, pemerintah telah menyiapkan strategi untuk mendorong aktivitas ekonomi lewat beberapa insentif, seperti insentif perpajakan serta relaksasi kredit.

Dengan kebijakan fiskal yang sudah ada, Riefky berharap pemerintah mampu memberikan penyaluran yang tak hanya cepat, tetapi juga tepat sasaran.

Dari sisi bank sentral, BI dipandang perlu menjaga selisih imbal hasil portofolio di pasar dengan meningkatkan suku bunga kebijakan setelah kepanikan atas pandemi ini berakhir. Riefky berharap suku bunga acuan bisa sebesar 5,0% di akhir tahun ini.

Baca Juga: Kalbe Farma (KLBF) berpeluang bagi dividen 45%-55% dari laba

Lebih lanjut, pemerintah dan bank sentral dipandang bisa meredam resiko pelemahan nilai tkuar rupiah lebih lanjut dengan menerbitkan pandemic bonds dalam dollar Amerika Serikat (AS).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×