Reporter: Venny Suryanto | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bea Cukai mencatat sepanjang tahun ini nilai ekspor barang Indonesia lebih tinggi daripada impor. Hal ini terjadi di tengah pandemik Covid-19 yang terjadi di seluruh penjuru dunia termasuk di Indonesia.
Berdasarkan data Bea Cukai sejak awal tahun hingga 28 Maret 2020 realisasi impor menurut devisa sebanyak US$ 1,9 miliar. Sementara ekspor lebih tinggi yakni US$ 3,12 miliar. Artinya neraca perdagangan surplus US$ 1,22 miliar.
Baca Juga: Ekonom CIMB Niaga sarankan BI aktifkan bilateral currency swap agreement
Adapun berdasarkan catatan bea cukai, komoditi impor yang dominan berupa barang-barang konsumsi, barang-barang modal, dan bahan baku penolong. Di antaranya seperti mesin, tekstil, barang semi manufaktur, bahan baku telepon seluler. Sementara untuk ekspor didominasi oleh komoditi seperti batubara, barang tambang, mineral dan logam, minyak mentah dan turunannya, serta bahan primer dalam bentuk butiran.
Melihat hal ini, Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Piter Abdullah menilai saat ini penyebab utama dari menurunnya permintaan dunia serta penurunan harga komoditas tentu disebabkan oleh wabah Covid-19.
Baca Juga: Ada Wabah Corona, World Bank Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Cuma 2,1%
Menurutnya, dengan turunnya permintaan dan harga komoditas inilah yang membuat ekspor tentunya juga akan menurun. Tak hanya itu, impor juga menurun drastis akibat tidak berjalannya produksi manufaktur di dalam negeri. “Yang bertahan utamanya impor barang pangan,” Katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (7/4).
Meski melihat pola penurunan ekspor dan impor dengan China, Piter memprediksi neraca perdagangan pada bulan Maret 2020 akan membaik atau surplus. Hal ini dipengaruhi karena adanya penurunan impor jauh lebih besar dibandingkan penurunan Ekspor. “Kalau melihat pola penurunan ekspor dan impor kita dengan China, diperkirakan neraca perdagangan di bulan Maret akan surplus,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News