CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Tensi Geopolitik Memanas, Bank Indonesia: Distribusi Barang Terhambat


Rabu, 07 Februari 2024 / 12:18 WIB
Tensi Geopolitik Memanas, Bank Indonesia: Distribusi Barang Terhambat
ILUSTRASI. Kantor pusat Bank Indonesia. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melihat bahwa tensi geopolitik yang semakin memanas turut mempengaruhi terhambatnya distribusi arus barang di kawasan ASEAN, termasuk Indonesia.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti mengatakan, tensi geopolitik yang terjadi di kawasan global tidak hanya mengenai konflik Rusia dan Ukraina, maupun konflik Israel-Palestina saja.

Destry bilang, konflik geopolitik tersebut sudah menjalar ke negara-negara lain, sehingga tensi geopolitik yang semakin memanas ini akan mempengaruhi distribusi dari arus barang.

"Sebagai contoh, kalau biasanya arus barang dari Eropa dan Asia langsung lewat Laut Merah atau Terusan Suez, tapi sekarang harus memutar karena ada keributan di Yaman dan sebagainya," ujar Destry dalam acara Economic Outlook 2024, di Jakarta, Rabu (7/2).

Baca Juga: Jaga Daya Tahan Ekonomi, BI Berkomitmen Perkuat Cadangan Devisa

Menurutnya, kondisi tersebut membuat distribusi arus barang di Kawasan Asia membutuhkan waktu yang lebih lama, yakni mencapai 10 hingga 14 hari.

"Ini yang pertama akan mempengaruhi distribusi barang, suplai barang, baik di Asia dan Eropa," katanya.

Ia menambahkan bahwa perekonomian global menunjukkan perlambatan meski terjadi fregmentasi. Ia mencontohkan, Amerika Serikat (AS) bisa tumbuh lebih baik dibandingkan negara-negara maju lainnya. Sementara, negara Eropa sangat berat sekali untuk perekonomian membaik.

Untuk di Asia misalnya, Indonesia berhasil tumbuh secara solid, namun Tiongkok mulai mereda pertumbuhannya lantaran permasalahan properti dan dampak dari suku bunga tinggi di tahun 2022 yang terus berlanjut di 2023.

"Ini akan memberikan dampak di tahun 2024 sehingga disini kita perkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi 2024 ini akan trending down untuk global," katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×