Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga sejumlah komoditas pangan masih naik pasca Hari Raya Idul Adha 1445 H atau tahun 2024. Pemerintah diminta membenahi pasokan dan distribusi demi menghindari inflasi pangan.
Pengamat Pertanian Center of Reform on Economics (Core) Eliza Mardian mengatakan, kenaikan harga pangan pada momentum Idul Adha seiring dengan permintaan masyarakat.
Bila ditarik ke belakang, lanjut Eliza, kenaikan harga pangan mulai terasa sejak akhir 2022 pasca harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi dinaikkan. Kemudian, diikuti dengan fenomena El Nino yang menurunkan produksi akibat kekeringan.
“Jadi harga pangan terus tereskalasi akibat tingginya demand secara berturut-turut. Kemudian dari sisi supply itu pendistribusiannya kurang lancar, tercermin dari tingginya disparitas harga pangan antar daerah,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (18/6).
Baca Juga: Produksi Terbatas, Harga Sejumlah Komoditas Pangan Masih Naik Pasca Idul Adha
Eliza menegaskan, jika pemerintah tidak segera membenahi pasokan dan distribusi maka inflasi pangan bakal mengancam ke depan. Menurutnya, saat ini inflasi pangan masih relatif tinggi meski ada penurunan dibanding pada momentum Ramadan.
“Tingginya inflasi pangan ini akan semakin menggerus daya beli masyarakat. Terlebih lagi 60% dari total pengeluaran kalangan menengah bawah diperuntukkan untuk membeli bahan pangan,” ujarnya.
Eliza bilang, kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) tidak akan efektif untuk mengendalikan harga pangan, sebab akar dari persoalan naiknya harga pangan tidak diatasi.
Eliza mengasumsikan, akar persoalan pengendalian pangan didorong minimnya pembeli (oligopsoni) di tingkat petani dan minim produsen (oligopoli). Menurutnya, dua faktor itu yang berpotensi menyebabkan asimetris informasi termasuk harga.
“Sehingga distribusi ini menentukan harga. Bukan sepenuhnya krna kenaikan biaya produki. Karena yang menyalurkan produk pertanian ini kan middle man (perantara). Meski secara stok aman, kalau distribusinya nggak lancar jadi ya harganya tinggi secara artifisial,” imbuhnya.
Untuk diketahui, mengacu panel harga pagan Badan Pangan Nasional (Bapanas), Selasa (18/6) harga komoditas pangan terpantau mengalami tren kenaikan. Mulai dari daging, bawang, cabai hingga telur tercatat naik cukup signifikan.
Harga beras medium naik 0,07% menjadi Rp 13.390. Berikutnya, bahan pangan sumber protein juga tampak melonjak di mana harga daging sapi murni naik 0,09% menjadi Rp 134.190 per kg, harga daging ayam ras melonjak 1,16% menjadi Rp 37.650 per kg dan telur ayam ras naik 6,01% menjadi Rp 31.420 per kg.
Kemudian, harga ikan kembung naik 0,93% menjadi Rp 38.070 per kg dan ikan tongkol melonjak 8,35% menjadi Rp 35.050 per kg. Sementara itu, harga ikan bandeng turun 7,99% menjadi Rp 32.820 per kg.
Selanjutnya, harga cabai merah keriting meningkat 3,77% menjadi Rp 58.870 per kg dan cabai rawit merah meroket 12,12% menjadi Rp 50.890 per kg.
Sementara itu, harga bawang merah naik 3,88% menjadi Rp 43.940 per kg dan bawang putih bonggol naik 5,24 menjadi Rp 44.210.
Baca Juga: Harga Telur Melonjak Saat Idul Adha, Diprediksi akan Segera Melandai
Adapun harga minyak goreng kemasan sederhana juga mengalami kenaikan 1,72% menjadi Rp 18.320 per liter dan minyak goreng curah naik 0,38% menjadi Rp 15.810 per liter.
Selain itu, harga gula konsumsi mengalami kenaikan 2,07% menjadi Rp 18.730 per kg, garam halus beryodium naik Rp 9,22% menjadi Rp 12.320 per kg dan tepung terigu kemasan non curah naik 2,12% per kg.
Lebih lanjut, harga kedelai biji kering impor naik 2,43% menjadi Rp 12.240 per kg dan harga jagung peternak tampak turun 5,39% menjadi Rp 5.440 per kg.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News