kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.296.000   12.000   0,53%
  • USD/IDR 16.625   22,00   0,13%
  • IDX 8.166   -3,25   -0,04%
  • KOMPAS100 1.116   1,38   0,12%
  • LQ45 785   -0,49   -0,06%
  • ISSI 290   2,10   0,73%
  • IDX30 411   -1,02   -0,25%
  • IDXHIDIV20 464   1,23   0,27%
  • IDX80 123   0,22   0,18%
  • IDXV30 133   0,73   0,55%
  • IDXQ30 129   0,06   0,05%

Target Pertumbuhan Ekonomi 2025 Direvisi Jadi 5,3%, Lebih Realistis?


Rabu, 17 September 2025 / 06:00 WIB
Target Pertumbuhan Ekonomi 2025 Direvisi Jadi 5,3%, Lebih Realistis?
ILUSTRASI. Revisi arget pertumbuhan ekonomi jadi 5,3% pada 2025 menunjukkan sikap pemerintah yang lebih realistis dalam membaca situasi global dan domestik. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/16/09/2025


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Prabowo Subianto merevisi Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2025 lewat Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 79 Tahun 2025 tentang Pemutakhiran RKP Tahun 2025 yang diteken pada 30 Juni 2025.

Melalui revisi RKP 2025 tersebut, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3%.

Angka pertumbuhan ini merupakan batas bawah dari target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan dalam RKP sebelumnya yang tercantum dalam Perpres Nomor 109 Tahun 2024 yang berkisar 5,3%–5,6%. 

Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M.Rizal Taufikurahman menilai, RKP yang menargetkan pertumbuhan ekonomi tunggal ini menunjukkan sikap pemerintah yang lebih realistis dalam membaca situasi global maupun domestik.

Baca Juga: Target Pertumbuhan 5,3% Juga Masih Terlalu Tinggi

"Penurunan ke angka tunggal ini menandakan kehati-hatian dalam membaca kondisi global maupun domestik," ujar Rizal kepada Kontan.co.id, Selasa (16/9/2025).

Rizal menyoroti pelemahan rupiah yang sudah menembus Rp 16.000 per dolar AS sebagai faktor utama pembatas pertumbuhan. 

Depresiasi rupiah, kata dia, mendorong imported inflation, meningkatkan biaya impor bahan baku, serta menambah beban pembayaran utang luar negeri. 

“Kondisi ini membuat ruang bagi pertumbuhan tinggi menjadi lebih terbatas, meskipun pemerintah sudah meluncurkan berbagai stimulus fiskal dan paket kebijakan ekonomi,” imbuhnya.

Baca Juga: Soal RUU P2SK, Ekonom Nilai BI Dipaksa Dukung Target Pertumbuhan Ekonomi 8% Prabowo

Dalam pandangannya, target 5,3% bisa disebut realistis meski cenderung konservatif. 

Realisasi angka tersebut akan sangat bergantung pada dua faktor kunci, yakni kecepatan penyaluran stimulus dan kemampuan menjaga daya beli masyarakat.

"Jika stimulus terserap cepat ke sektor riil, target tersebut bisa tercapai, namun bila pelemahan rupiah berlanjut dan ekspor melemah, pertumbuhan berisiko turun di bawah baseline 5,3%," terang Rizal.

Selanjutnya: Konsumsi Lesu Masih Jadi Tantangan Charoen Pokphand, Begini Rekomendasi Analis

Menarik Dibaca: Promo Pepper Lunch Boga Anniversary ke-23, Buy 1 Free 1 Cuma Modal Senyum

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×