Reporter: Emma Ratna Fury | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Kementerian Perdagangan melihat dampak dari kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) mengurangi stimulus atawa tappering off akan berdampak pada kinerja ekspor dan impor Indonesia. Pasalanya, akibat tapering off, rupiah terus melemah terhadap dollar AS.
"Pengaruhnya terhadap ekspor dan impor dari dalam negeri," kata Bayu Krisnamuthi Wakil Menteri Perdagangan di Kantornya, Jum'at (20/12).
Namun demikian, ia melihat bahwa kondisi tersebut tidak akan buruk pada kondisi dan neraca perdagangan kita.
"Tapi akibat tapering off tidak akan berdampak buruk terhadap kondisi dan neraca perdagangan kita," imbuh Bayu.
Bayu menambahkan, kondisi serupa juga pernah terjadi pada tahun 2001 dan 2009. Jika bandingkan kondisi saat ini dengan kondisi pada periode tahun tersebut, ekonomi makro maka ekonomi Indonesia jauh lebih baik sekarang.
"Dan jumlah serta volume perdagangan kita jauh lebih besar dibandingkan dengan kondisi tahun 2001 dan 2009," ujarnya.
Melihat kondisi tersebut, konsentrasi yang akan dilakukan oleh Kemendag adalah tetap pada usaha untuk menekan defisit neraca perdagangan.
"Ke depan kita tetap akan berkonsentrasi pada usaha penekanan defisit neraca perdagangan, dan tentunya juga akan meminimalisir imported influence (dampak inflasi dari impor)," imbuhnya.
Ia menambahkan, untuk neraca perdagangan yang diperkirakan memiliki dampak cukup besar adalah konversi bahan bakar minyak yang diimpor untuk biofuel produksi lokal.
"Dan ini sudah ditegaskan komitmen dari pertamina atau PLN untuk menggunakan 5 juta ton biofuel di tahun 2014," tegasnya.
Bayu berharap, upaya tersebut dapat mengurangi tekanan impor migas dalam negeri yang merupakan sumber defisit neraca perdagangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News