Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Sementara itu, Nahdatul Ulama (NU) melalui laman resminya juga menjelaskan mengapa tanggal Idul Adha di Indonesia dan Arab Saudi berbeda.
Ketua Lembaga Falakiyah (LF) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Sirril Wafa menjelaskan perbedaan tersebut dipengaruhi lokasi. Faktor lokasi ini menurutnya berdampak pada waktu Ijtimak, fase Bulan mati yang terjadi setiap tanggal 29 bulan Hijriah.
“Jam terjadinya Ijtimak akan berbeda-beda sesuai waktu setempat,” kata dia.
Ia menjelaskan, Ijtimak akhir Dzulqa'dah 1444 H terjadi pada tanggal 18 Juni 2023 sekitar pukul 11.30 WIB. Sedangkan Ijtimak di Mekah sekitar pukul 07.30 waktu setempat.
“Jeda waktu antara jam terjadinya Ijtimak hingga Magrib, mempengaruhi posisi hilal baik ketinggian maupun elongasinya,” ujar dia.
Ia menambahkan, di Indonesia pada tanggal 18 Juni 2023 saat Maghrib, posisi hilal seluruh Indonesia masih sangat minim antara kurang dari satu derajat hingga paling tinggi sekitar 2 derajat. Ketinggian dua derajat hanya di sekitar Medan dan Aceh.
Baca Juga: Selamat Idul Adha 2023, Ini Ucapan dan Pantun Idul Adha untuk Caption di Medsos!
Di Mekah, saat itu, ketinggian hilal sudah sekitar 4 atau 5 derajat.
“Maka wajar kalau untuk awal Dzulhijjah tahun ini Makkah lebih dahulu sehari sebelum Indonesia. Hari Arafahnya pun otomatis sehari sebelum hari Arafah di Indonesia,” ujarnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penjelasan Kemenag dan NU Mengapa Tanggal Idul Adha di Indonesia dan Arab Saudi Berbeda"
Penulis : Nur Rohmi Aida
Editor : Farid Firdaus
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News