kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tahun depan harga BBM bisa turun naik


Senin, 22 Desember 2014 / 06:23 WIB
Tahun depan harga BBM bisa turun naik
ILUSTRASI. Demi konsentrasi yang lebih baik, ini 4 ide warna ruang belajar dan ruang kerja di rumah


Reporter: Benedictus Bina Naratama, Margareta Engge Kharismawati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tahun depan bakal seperti harga Pertamax dan kawan-kawan, bisa naik turun saban bulan bak yoyo. Soalnya, pemerintah berencana menerapkan subsidi BBM dengan mekanisme tetap setiap liter.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro memastikan, pemerintah bakal menggunakan mekanisme subsidi BBM tetap di 2015. "Tidak lagi subsidi dengan harga tetap, tapi subsidinya yang tetap," katanya, akhir pekan lalu. Tapi, pemerintah belum menetapkan berapa besaran subsidi BBM untuk tiap liter.

Yang jelas, dengan mekanisme tetap, subsidi BBM yang harus pemerintah siapkan tak akan berubah, meski harga minyak mentah dunia naik ataupun turun. Taruh kata, harga keekonomian premium saat ini Rp 10.000 per liter. Dengan harga jual eceran premium Rp 8.500 per liter, pemerintah menanggung subsidi sebesar Rp 1.500 seliter.

Nah, saat harga keekonomian premium naik menjadi Rp 11.000 per liter, pemerintah tetap hanya menanggung subsidi Rp 1.500 per liter. Jadi otomatis, harga jual premium naik menjadi Rp 9.500. Pemerintahan Megawati Soekarnoputri pernah menerapkan sistem yang hampir mirip. Ketika itu, pemerintah mematok harga BBM bersubsidi sebesar 50% dari harga pasar. Sehingga, harga premium dan solar bisa naik atau turun setiap bulan.

Cuma, apa pun skema subsidi nanti, harga BBM bersubsidi tahun depan seharusnya lebih murah. Sebab, harga minyak mentah dunia jenis WTI anjlok ke titik US$ 57,13 per barel pada perdagangan Jumat (19/12) pekan lalu. Angka itu turun drastis dari posisi tertinggi tahun ini: US$ 101,18 per barel.

Dengan harga minyak di kisaran US$ 50 per dollar AS dan nilai tukar Rp 11.900 per dollar AS berdasarkan asumsi APBN 2015, hasil hitungan kasar KONTAN menunjukkan, harga keekonomian premium sebelum pajak hanya Rp 4.402,52 per liter.

Menurut Juda Agung, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (BI), pemerintah memang lebih baik menerapkan skema subsidi BBM tetap. Jika kebijakan ini bergulir mulai Januari 2015, maka di Februari dan seterusnya bisa terjadi deflasi. Dengan catatan, harga minyak terus turun pada Januari.

"Penurunan harga minyak ini sebuah kesempatan bagi kita untuk segera menerapkan subsidi tetap," ujar Juda.

Juniman, Kepala Ekonom BII, menilai, subsidi BBM tetap akan menguntungkan pemerintah. Pemerintah bisa menghemat anggaran subsidi hingga ratusan triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×