Reporter: Grace Olivia | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Depresiasi mata uang yuan China ke level terendahnya selama satu dekade terakhir memicu pelemahan rupiah hari ini, Senin (5/8).
Bank Indonesia mencatat, kurs tengah rupiah ditutup melemah ke level Rp 14.231 per dollar AS. Sementara di pasar spot, nilai tukar melemah 0,49% ke posisi Rp 14.255 per dollar AS.
Baca Juga: Mata uang China anjlok ke level terendah dalam satu dekade, siap perang mata uang?
Untuk mencegah pelemahan mata uang Garuda yang lebih dalam, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Moneter BI Nanang Hendarsah mengatakan, Bank Indonesia tetap berada di pasar.
“BI berada di pasar dengan melakukan triple-intervention di pasar spot, pasar SBN, dan DNDF,” ujar Nanang kepada Kontan.co.id, Senin (5/8).
Nanang menilai, sebagian besar pelepasan SBN oleh asing hari ini dilakukan dalam rangka aksi ambil untung (profit taking) oleh para trader jangka pendek. Ia meyakini, para investor jangka panjang (real money investor) masih tetap menahan kepemilikannya di SBN.
Baca Juga: Mata uang yuan merosot, begini dampaknya ke pasar domestik
Masuknya BI ke pasar, menurut Nanang, berhasil mencegah berlanjutnya pelepasan SBN oleh investor asing hari ini. Lantas, nilai tukar rupiah tetap terjaga dan tidak melemah terlalu tajam layaknya mata uang Asia lain.
“Di pasar DNDF, BI juga terus menjual DNDF baik melalui lelang maupun via delapan money brokers untuk menyediakan instrumen lindung nilai bagi nasabah dan perbankan, sehingga tidak terlalu banyak masuk pasar spot (demand smoothing),” terang Danang.
Secara keseluruhan, BI terus memantau perkembangan risiko eksternal terhadap kondisi nilai tukar rupiah. Nanang menilai, berlanjutnya perang dagang berpotensi memicu The Fed melanjutkan penurunan suku bunganya.
Baca Juga: Wall Street rontok imbas mata uang China yuan ke level terendah satu dekade
“Prolog trade war akan membuat pertumbuhan ekonomi global semakin merosot dan memicu the Fed lebih agresif menurunkan suku bunga, karena ekonomi global yang melemah akan mempengaruhi ekonomi AS juga,” tandasnya.
BI sendiri pada Rapat Dewan Gubernur Juli lalu telah memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Adapun, BI memberi sinyal ruang penurunan suku bunga lanjutan masih terbuka di sepanjang sisa tahun ini.
Baca Juga: Makin panas, BUMN China diminta untuk menangguhkan impor pertanian dari AS
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News