kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mata uang yuan merosot, begini dampaknya ke pasar domestik


Senin, 05 Agustus 2019 / 21:36 WIB
Mata uang yuan merosot, begini dampaknya ke pasar domestik


Reporter: Grace Olivia | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China makin makin sengit. Hari ini, mata uang yuan China terdepresiasi ke level terendah sejak 2008 yaitu menembus 7 yuan per dollar AS sebagai salah satu bentuk retaliasi atas kenaikan tarif AS terhadap barang-barang China. 

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Moneter BI Nanang Hendarsah menjelaskan, dampak pelemahan yuan China mempengaruhi hampir seluruh mata uang global, termasuk rupiah. 

Baca Juga: Mata uang China anjlok ke level terendah dalam satu dekade, siap perang mata uang?

Di pasar spot, kurs rupiah hari ini ditutup melemah 0,49% ke posisi Rp 14.255 per dollar AS. Sementara kurs tengah BI mencatat rupiah melemah ke level Rp 14.231 per dollar AS. 

“Melemahnya yuan menembus di atas 7,0 memicu  safe to quality ke mata uang yen dan US Treasury Bond, dan memicu sell-off di bursa saham serta menekan seluruh mata uang emerging market,” ujar Nanang kepada Kontan.co.id, Senin (5/8). 

Oleh karena itu, di sesi perdagangan Asia mata uang yen Jepang menguat 0,62%. Sementara mata uang Asia lainnya melemah lebih dalam daripada rupiah yaitu won Korea (-1,49%), rupee India (-1,38%), dollar Taiwan (-0,78%), dan peso Filipina (-0,67%), 

Baca Juga: Pasar obligasi kembali tertekan, investor asing berpotensi lakukan aksi jual

Di pasar keuangan domestik, lanjut Nanang, pelemahan yuan memicu aksi ambil untung (profit taking) di pasar obligasi (SBN) yang menyebabkan rupiah melemah lantaran meningkatnya pembelian valas oleh investor asing. 

Yield SBN benchmark seri FR 78 sempat tertekan ke 7.67%. Sementara, aksi flight to quality memicu pembelian US Treasury Bond sehingga menyebabkan yield menurun ke 1,77%,” terang Nanang.

Baca Juga: Kepala Bappenas memprediksi pertumbuhan ekonomi di 2019 sebesar 5,1%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×