Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Bagaimana jika Joko Widodo dipasangkan dengan sejumlah politisi senior dalam Pemilihan Presiden 2014? Survei Litbang Kompas yang dilakukan pada Juni 2013, menghitung potensi dukungan dan penolakan berdasarkan penjumlahan elektabilitas dan resistensi sosok yang dipasangkan dengan Jokowi.
Seperti diketahui, survei ini menempatkan Joko Widodo alias Jokowi pada posisi teratas dengan 32,5%. Ia mengungguli sejumlah nama lain yang sudah lebih dulu menyatakan akan maju dalam Pemilihan Presiden 2014, di antaranya, Prabowo Subianto (15,1%) dan Aburizal Bakrie (8,8%). Jokowi juga mengungguli seniornya, Ketua Umum PDI Perjuangan yang dipilih 8,0% responden dan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (4,5%). Survei ini melibatkan 1.400 responden—calon pemilih dalam Pemilu 2014—yang terpilih secara acak di 33 provinsi.
Lalu, bagaimana jika Jokowi dipasangkan dengan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto?
Jokowi-Jusuf Kalla
Potensi dukungan: 42,5%
Potensi penolakan: 1,8%
Jika dipasangkan dengan Kalla, dukungan terhadap Jokowi membesar dengan hambatan kecil.
Jokowi-Prabowo Subianto
Potensi dukungan: 54,6%
Potensi penolakan: 3,8%
Dengan Prabowo, Jokowi akan mendapatkan dukungan yang semakin besar, dengan hambatan sedang.
Jokowi-Aburizal Bakrie
Potensi dukungan: 47,4%
Potensi penolakan: 11,0%
Dukungan yang diperoleh Jokowi jika berpasangan dengan Aburizal Bakrie alias Ical akan membesar, namun hambatannya juga besar.
Jokowi-Megawati Soekarnoputri
Potensi dukungan: 46,5%
Potensi penolakan: 11,2%
Jika dipasangkan dengan Megawati, Jokowi akan mendapatkan dukungan lebih besar. Tetapi, hambatan yang akan dihadapi juga besar.
Fenomena Jokowi dan kalkulasi politik
Fenomena Jokowi dinilai menjungkalkan konstelasi politik lama yang persiapannya sudah dirintis sejak 2009. Direktur Riset Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan, tokoh-tokoh lama, seperti Prabowo dan Aburizal, harus berhitung ulang menghadapi fenomena itu. Semua pihak sedang menunggu tiga hal yang kemungkinan bisa terjadi. ”Pertama, berharap PDI-P tidak ajukan Jokowi agar kekuatan semua pihak kembali lagi pada titik nol,” katanya.
Kedua, kompetitor Jokowi bisa berkoalisi dengan Jokowi, entah bagaimana negosiasinya. Skenario ketiga, pada titik ekstrem, kubu non-Jokowi bisa punya satu semangat untuk menjegal Jokowi secara bersama-sama agar kekuatan Jokowi bisa diimbangi.
”Mereka pasti akan berhitung dengan variabel Jokowi ini, entah melawan, menjatuhkan, atau bergabung,” kata Yunarto, Selasa (27/8).
Siapa pun yang akan menjegal atau mengajak Jokowi tetap punya peluang mencapai titik kulminasi, tetapi bedanya saat ini momentum sedang berada di tangan Jokowi. (Kompas.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News