kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Surplus Neraca Perdagangan Diperkirakan Meningkat Pada Februari 2024


Kamis, 14 Maret 2024 / 12:40 WIB
Surplus Neraca Perdagangan Diperkirakan Meningkat Pada Februari 2024
ILUSTRASI. Kinerja neraca perdagangan Indonesia masih akan mencatatkan surplus dan diperkirakan meningkat pada Februari 2024.KONTAN/Cheppy A. Muchlis/25/01/2024


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja neraca perdagangan Indonesia masih akan mencatatkan surplus dan diperkirakan meningkat pada Februari 2024.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, neraca perdagangan Februari 2024 akan surplus sekitar US$ 2,29 miliar, meningkat dibandingkan dengan surplus US$ 2,02 miliar pada bulan sebelumnya.

Meski demikian, Josua memperkirakan kinerja ekspor pada Februari diperkirakan turun meskipun ada kenaikan harga komoditas secara bulanan.

Kinerja ekspor diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 2,70% month on month (mom) dan terkontraksi secara tahunan (yoy) sebesar 6,34%. Ini menurun dibandingkan Januari 2024 yang terkontraksi 8,34% mom atau terkontraksi 8,06% yoy.

Baca Juga: Jalur Perdagangan Dunia Terganggu, Indonesia Bisa Kena Getahnya

“Ini dipengaruhi oleh permintaan yang lebih rendah, terutama dari China karena liburan Tahun Baru Imlek,” tutur Josua kepada Kontan, Kamis (14/3).

Josua memperkirakan  kontraksi ekspor tersebut akan cenderung akan lebih terbatas. Ini karena didukung oleh harga crude palm oil (CPO) dan batubara yang lebih tinggi dibandingkan dengan Januari 2024, di tengah melemahnya dolar AS yang ditunjukkan oleh indeks DXY yang menurun.

Sementara itu, dari sisi impor, diperkirakan tumbuh secara signifikan secara tahunan karena adanya low base effect.

Laju kinerja impor pada Februari 2024 diperkirakan mencapai 11,08% yoy, tumbuh dibandingkan dengan Februari 2024 yang sebesar 0,36% yoy.

Josua menyebut kenaikan ini disebabkan adanya low base effect pada Februari 2023, yang disebabkan oleh penurunan impor minyak dan gas (migas), karena harga minyak yang lebih rendah.

Baca Juga: Cadangan Devisa Tergerus Pelemahan Rupiah

Akan tetapi, laju impor secara bulanan diperkirakan menurun sebesar 4,46% mom di bulan Februari 2024, dibandingkan dengan 3,13% mom di bulan Januari 2024.

“Tren ini sejalan dengan penurunan PMI manufaktur Indonesia, yang turun sedikit dari 52,9 menjadi 52,7,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×