kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.759.000   14.000   0,80%
  • USD/IDR 16.530   -100,00   -0,61%
  • IDX 6.312   88,27   1,42%
  • KOMPAS100 903   6,88   0,77%
  • LQ45 712   2,66   0,38%
  • ISSI 198   3,50   1,80%
  • IDX30 373   2,21   0,60%
  • IDXHIDIV20 448   3,53   0,79%
  • IDX80 103   0,27   0,27%
  • IDXV30 108   0,52   0,49%
  • IDXQ30 122   0,86   0,71%

Suku Bunga Acuan BI Tetap di Level 5,75%, Ada Potensi Penurunan 0,25% di Akhir 2025


Rabu, 19 Maret 2025 / 17:35 WIB
Suku Bunga Acuan BI Tetap di Level 5,75%, Ada Potensi Penurunan 0,25% di Akhir 2025
ILUSTRASI. Ekonom menilai masih ada peluang penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) atau 0,25% pada akhir tahun 2025,


Reporter: Indra Khairuman | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan alias BI Rate tetap di level 5,75% guna mendukung stabilitas rupiah dan pertumbuhan ekonomi. Namun, ekonom menilai masih ada peluang penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) atau 0,25% pada akhir tahun 2025, yang akan bergantung pada arus masuk investasi asing serta kondisi pasar global.

Keputusan ini diambil seiring dengan ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan tetap menjaga suku bunga acuan mereka di kisaran 4,25%-4,5% dalam waktu dekat.

Hosianna Evalita Situmorang, Ekonom Bank Danamon Indonesia, memperkirakan bahwa ruang penurunan BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps), paling cepat di akhir kuartal kedua 2025.

Baca Juga: Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga BI Rate di Level 5,75% pada Maret 2025

“Kemungkinan paling cepat di akhir 2025 semisal inflow asing di instrumen keuangan domestik sudah arah balik,” pungkasnya.

Proyeksi tersebut juga sejalan dengan konsensus pasar yang memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunganya pada Juni 2025.

“BI masih memperkirakan The Fed hanya akan memangkas suku bunga satu kali pada tahun 2025, tanpa adanya urgensi untuk melakukan pelanggaran kebijakan secara agresif,” ujar Hosianna dalam keterangan tertulis yang dikutip Kontan.co.id, Rabu (19/3).

Meski demikian, rupiah masih menghadapi tekanan, dengan depresiasi mencapai 1,58% ytd, menjadikannya mata uang terlemah di Kawasan. Sampai pertengahan Maret 2025, nilai tukar rupiah tercatat di level Rp 16.500 per dolar AS.

Untuk menstabilkan rupiah, BI berkomitmen untuk melakukan intervensi di pasar valuta asing dan obligasi sesuai kebutuhan.

“BI akan terus menstabilkan rupiah melalui intervensi di pasar valas dan obligasi sesuai kebutuhan,” kata Hosianna.

Pertumbuhan kredit di Indonesia menunjukkan tanda-tanda positif, dengan pertumbuhan mencapai 10,3% yoy pada Februari 2025. Hal ini didorong oleh aktivitas penyaluran kredit yang kuat. 

Baca Juga: Likuiditas Ketat, Perubahan BI Rate Tak Banyak Berdampak pada Cost of Fund Perbankan

Likuiditas di pasar juga terkelola dengan baik, ditandai dengan peningkatan alokasi Kredit Likuiditas Makroprudensial (KLM) menjadi Rp 291,8 triliun.

Ini menunjukkan optimisme yang tumbuh di sektor perbankan dan keuangan yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.

Sampai pertengahan Maret 2025 ini, outstanding Surat Berharga Ritel Indonesia (SRBI) sebesar Rp 892,36 triliun, dengan kepemilikan asing di SRBI mencapai Rp 232,41 triliun atau sekitar 26,05% dari total outstanding.

Meski sentimen investor asing lebih hati-hati, mereka mulai kembali berinvestasi di obligasi pasar berkembang, yang bisa memberikan dukungan tambahan untuk pasar utang Indonesia.

“Investor asing telah mulai beralih kembali ke obligasi pasar berkembang, yang dapat memberikan dukungan tambahan bagi pasar utang Indonesia,” ucapnya.

Namun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berada di bawah level 7.000, tertekan dengan sentimen negatif terkait penurunan peringkat asing atas kinerja fiskal Indonesia serta rumor mengenai pengunduran diri Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Sedangkan, inflasi diperkirakan akan mengalami kenaikan pada Maret 2025, didorong oleh meningkatnya permintaan selama bulan Ramadan dan berakhirnya diskon listrik pada Februari.

Dengan fundamental ekonomi yang tetap solid, termasuk surplus perdagangan dan Cadangan devisa sebesar US$ 154,4 miliar, Hosianna meyakini bahwa masih ada ruang untuk penurunan suku bunga sebesar 25 bps pada tahun 2025.

“Mengingat dinamika ini, masih ada ruang untuk satu kali penurunan suku bunga,” tambah Hosianna. 

Ia menegaskan bahwa langkah tersebut bergantung pada arus masuk investasi asing ke instrumen keuangan domestik serta perkembangan kebijakan moneter global.

Selanjutnya: Astra Sedaya Finance (ASDF) Hentikan Penawaran Obligasi Berkelanjutan VI

Menarik Dibaca: Inovasi Limbah Kulit Pisang Mengantarkan Siswa Indonesia Raih Prestasi di Tokyo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×