Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah terus memperhatikan harga minyak yang masih dalam tren kenaikan. Direktur Jenderal (Dirjen) Anggaran Kementerian Keuangan Isa Rachmatawarta memperkirakan harga minyak saat ini masih dalam flattening.
“Kenaikan tren harga minyak terhadap anggaran subsidi akan tergantung pada seberapa besar belanja subsidi. Hal ini juga bisa dipengaruhi oleh trend yang sebenarnya terjadi. Di sisi lain, bila harga minyak naik, pendapatan negara juga akan naik,” kata Isa kepada Kontan.co.id, Rabu (4/8).
Dalam laporan Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) Kita per Juli 2021, subsidi energi pada semester I tercatat mencapai Rp 79,91 triliun atau 45,57% dari pagu APBN 2021, atau meningkat 12,79% secara year on year (yoy).
Realisasi belanja subsidi tersebut meliputi subsidi energi sebesar Rp 59,54 triliun atau naik sebesar 23,26% yoy, sementara itu, realisasi subsidi nonenergi sebesar Rp 20,37 triliun atau mengalami penurunan 9,64% yoy.
Baca Juga: Akademisi nilai RUU Energi Baru Terbarukan tidak dorong kemandirian energi
Sementara itu, realisasi belanja subsidi energi utamanya bersumber dari subsidi Bahan Bakar Minyak atau BBM dan subsidi liquefied petroleum gas (LPG) Tabung 3 Kg yang mencapai Rp 34,31 triliun (60,28% dari pagu), atau mengalami peningkatan 35,27% yoy.
Realisasi subsidi BBM dan subsidi LPG 3 Kg tersebut merupakan pembayaran untuk subsidi pada tahun berjalan dan pembayaran atas kurang bayar tahun sebelumnya.
Peningkatan realisasi subsidi BBM dan subsidi LPG Tabung 3 Kg utamanya dipengaruhi kenaikan Indonesian crude price (ICP) yang rata-rata naik sebesar 56,63% yoy. Selama periode Januari - Juni 2021 dan kenaikan volume LPG sebesar 4,96% yoy selama Januari-Mei 2021.
Pada 2020, realisasi volume LPG Tabung 3 Kg periode Januari-April sebesar 2,898 juta MT, sedangkan pada 2021 periode yang sama mencapai 3,042 juta MT. Sementara itu, realisasi subsidi listrik mencapai Rp 25,22 triliun atau 47,07 persen% dari pagu.
Baca Juga: Makin dilirik, panas bumi berpotensi jadi backbone energi nasional
“Adapun realisasi ini terdiri dari subsidi listrik reguler Rp 19,76 triliun dan subsidi listrik dalam rangka penanganan pandemi Covid-19 sebesar Rp5,47 triliun. Jika dibandingkan dengan tahun lalu, terjadi peningkatan sebesar 9,98% yang dipengaruhi oleh BPP listrik sebagai dampak dari perubahan parameter utama seperti kurs dan harga ICP.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat tercatat masih cukup lemah yang dapat dilihat dari rata-rata selama periode Januari sampai Juni 2021 sebesar Rp14.290 per dolar AS
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News