Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa gejolak perekonomian global masih tinggi hingga saat ini.
Gejolak perekonomian tersebut salah satunya disebabkan oleh perang dagang akibat kebijakan tarif resiprokal oleh Amerika Serikat (AS) kepada banyak negara.
Meskipun sudah mendapatkan kesepakatan tarif, termasuk Indonesia dari 32% menjadi 19%, terdapat banyak negara yang juga mengharapkan tarif yang lebih rendah lagi.
Baca Juga: Sri Mulyani: Anggaran TKD Turun Karena Sebagian Anggaran Dialihkan ke Belanja Pusat
“Keputusan Amerika untuk menetapkan tarif terhadap seluruh partner dagangnya masih berlanjut, masih ada yang menginginkan dan mengharapkan tarif yang lebih rendah. Hal ini menimbulkan banyak ketidakpastian,” tutur Sri Mulyani saat melakukan rapat kerja dengan Banggar DPR RI, Kamis (21/8/2025).
Faktor lain, yakni volatilitas harga komoditas yang dinilai masih terus terjadi, sejalan dengan situasi di Timur Tengah yang masih terus menegang.
Sri Mulyani membeberkan, dampak ketidakpastian global juga turut menimbulkan volatilitas di pasar keuangan.
Volatilitas tersebut akhirnya menimbulkan juga suatu ketidakpastian terhadap yield atau imbal hasil seperti surat berharga negara (SBN) maupun nilai tukar rupiah.
Baca Juga: Sri Mulyani Dorong Sinergi dengan Kementerian ESDM, Genjot PNBP dari Sektor Migas
“Ini juga terjadi karena adanya hubungan antara Bank Sentral dengan Presiden di AS yang juga menimbulkan suatu sentimen terhadap pasar keuangan tersendiri,” ungkapnya.
Di sisi lain, cyber threat atau ancaman siber di global, juga terjadi terlihat dari semakin terdigitalisasinya banyak kegiatan masyarakat, pemerintahan maupun ekonomi.
Misalnya saja beberapa kali terdapat the nuclear threat atau ancaman nuklir yang muncul terutama di negara-negara yang memiliki kekuatan nuklir.
“Saat ini, tren di seluruh dunia terutama negara-negara maju adalah menaikkan anggaran defense-nya (pertahanan), bahkan untuk anggota NATO mereka menetapkan anggaran 5% dari PDB yang sebelumnya adalah di bawah 2%. Ini tentu menimbulkan lanskap dunia yang berubah,” sambungnya.
Baca Juga: Sri Mulyani Jelaskan Alasan Penyusutan Anggaran Transfer ke Daerah pada RAPBN 2026
Lebih lanjut, Sri Mulyani membeberkan, pergerakan nilai tukar dalam hal ini, inflasi, suku bunga dan capital inflow akan sangat tergantung kepada berbagai dinamika tersebut.
“Volatilitas pasar keuangan tentu kita harus Kelola, dan risiko terhadap APBN terutama penerimaan negara juga perlu kita kelola dengan baik,” tandasnya.
Selanjutnya: Daftar Pemain Timnas Voli Putra Indonesia di FIVB Men’s U21 World Championship 2025
Menarik Dibaca: Ramai Pembicaraan tentang Tes DNA, Yuk Ketahui Prosedur Tes DNA Berikut Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News