Reporter: Siti Masitoh | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengadakan pertemuan dengan para investor dan pemegang surat utang negara berkembang atau Emerging Market Bond Holders. Hal itu dilakukan di tengah rangkaian kerjanya di di New York, Amerika Serikat (AS).
Deretan investor kelas kakap yang ditemui Sri Mulyani diantaranya Lazard, Citadel, Lord Abbet, BlackRock, Mackay Shields, HSBC AM, dan Van Eck. Ia bertemu para investor tersebut pada Kamis (6/10). Dalam kesempatan itu Ia menyampaikan perkembangan pemulihan ekonomi Indonesia sejak pandemi Civid-19, serta tantangan gejolak keuangan global, krisis pangan dan energi dunia.
"Saya juga menjelaskan kebijakan fiskal APBN 2022 dan arah kebijakan fiskal ke depan (APBN 2023) dalam mengelola berbagai gejolak luar biasa ini," kata Sri Mulyani dalam unggahan di akun Instagram-nya @smindrawati.
Baca Juga: Perang dan Iklim Ancam Ketahanan Pangan, Bagaimana di Indonesia?
Dalam pertemuan tersebut, Sri Mulyani mengaku mendapat informasi terbaru dan masukan langsung dari para investor terkait risiko gejolak keuangan global yang diperkirakan masih mengancam dunia hingga 2023 mendatang.
"Kondisi ekonomi banyak negara-negara emerging akan sangat berat menurut para investor," tambahnya.
Meski begitu, Sri Mulyani mengatakan para investor melihat Indonesia sebagai salah satu negara dengan kebijakan, kinerja ekonomi dan fiskal yang baik sehingga mampu menghadapi gejolak serta mengantisipasi gejolak ekonomi.
Selain itu, kinerja dan kebijakan ekonomi Indonesia yang baik diharapkan bisa terus terjaga dalam menghadapi guncangan global yang tidak mudah.
Kemudian pada hari yang sama, Sri Mulyani bertemu dengan Climate Philanthropies yakni Bloomberg Philanthropist, Bezos Earth Fund, IKEA, Rockefeller, High Tide Foundation dan Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ).
Baca Juga: Bahlil Sebut Ekonomi Global Gelap, Ingatkan Semua Pihak untuk Waspada
Sri Mulyani bersama Dirut PT SMI Edwin Syahruzad dalam pertemuan itu menjelaskan Energy Transition Mechanism Indonesia country platform untuk mengatasi emisi karbon di sektor energi.
"Pembahasan mengenai berbagai isu, tantangan, serta kemungkinan kolaborasi pembiayaan lembaga keuangan dan philanthropist dalam mengatasi ancaman perubahan iklim dan memenuhi komitmen net zero carbon emission," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News